Takata Bangkrut, Tak Bisa Bayar Utang Miliaran Dollar AS
Takata, korporasi besar Jepang, mengajukan perlindungan kepailitan, Senin (26/6), di Tokyo. Perusahaan tak bisa menanggung lagi semua kewajiban dan beban yang muncul akibat gugatan balik dari para pengguna produknya.
Produk keselamatan pengendara dan penumpang mobil airbag atau balon udara buatan Takata tak membuat orang selamat. Sebaliknya, justru 11 pengendara tewas dan 180 orang cedera serius akibat produk itu. Airbag seyogianya melindungi penumpang atau pengendara dari benturan saat terjadi tabrakan.
Balon udara buatan Takata memang mengembang otomatis, tetapi disertai puing-puing logam yang terlontar dari penyangga. Akibatnya, pengguna cedera, bahkan meninggal. Pada 2014, Takata dipanggil Kongres AS untuk dimintai keterangan.
Ada 48 juta mobil di seluruh dunia memakai airbag Takata. Semuanya harus diganti. Perusahaan pemakai produk Takata ini antara lain Honda, Nissan, Chrysler, Toyota, dan GM.
Produk buatan Takata ini sudah lama bermasalah, tetapi dicoba ditutup-tutupi hingga korban bertambah. Sejumlah eksekutif Takata dinyatakan bersalah di pengadilan. "Kami menyebabkan masalah bagi semua pihak yang bekerja sama dengan kami dan para kreditor," kata Ketua Takata Shigehisa Takada. "Dari lubuk hati terdalam, saya memohon maaf."
Takata didera utang 8,98 miliar dollar AS gara-gara krisis airbag. Mereka tak mampu menanggungnya sehingga meminta perlindungan kepailitan. Afiliasi perusahaan ini yang berbasis di AS, TK Holdings, juga mengajukan perlindungan kepailitan di Delaware, AS.
Permohonan itu bertujuan membuat perusahaan terhindar dari kewajiban membayar utang untuk sementara dan berkesempatan melakukan restrukturisasi. Namun, afiliasi TK Holdings telah dijual ke pesaing, Key Safety Systems, perusahaan China yang berbasis di Michigan, seharga 1,6 miliar dollar AS.
Skandal ini memukul Takata, perusahaan yang sebenarnya memiliki reputasi baik dan sudah berusia 80 tahun. Takata awalnya memulai bisnis di sektor tekstil dan berkembang hingga turut memproduksi sabuk keselamatan dan peralatan keselamatan otomotif lainnya.
"Kini reputasi Takata rusak karena salah kelola dan dilanda kultur korporasi yang terlibat manipulasi," kata Scott Upham, pemimpin umum Valient Market Research. Pada awal tahun ini, Takata mengakui telah memanipulasi informasi dan menutup-nutupi kesalahan.
Takata dinyatakan bersalah dan harus membayar 1 miliar dollar AS, termasuk di antaranya 125 juta dollar AS untuk memberi kompensasi kepada korban. Mereka mendapatkan suntikan pinjaman dari Sumitomo Mitsui Banking Corp, tetapi restrukturisasi perusahaan harus rampung pada 2018.
Toyota ikut didera beban 5,1 miliar dollar AS untuk penggantian airbag buatan Takata yang dipakai di mobil-mobil perusahaan itu. Beban ini seharusnya ditanggung Takata, tetapi Toyota pasrah karena beban tak tertagih lagi. Honda, Nissan, dan Mitsubishi juga menomboki biaya pergantian airbag lebih kurang 4 miliar dollar AS. (REUTERS/AP/AFP/MON)