MANILA, RABU — Korban sipil dalam konflik di Marawi diperkirakan melonjak. Tentara Filipina, Rabu (28/6), menemukan 17 jenazah warga Marawi yang diduga kuat dibunuh oleh militan Maute. Juru bicara pemerintah Zia Alonton Adiong mengatakan kepada kantor berita Associated Press melalui telepon, tentara dan tim penyelamat menemukan jenazah-jenazah itu di sebuah lapang berumput di Gadunga, sebuah desa di Marawi.
Lima dari 17 jasad itu tewas karena dipenggal. Namun informasi lain menyebutkan, belum ada bukti sahih yang menyatakan kelima korban tewas karena dipenggal. Seorang pekerja penyelamatan sipil, Abdul Azis Lomondot, mengatakan kepada Reuters, bagian-bagian tubuh ditemukan, tetapi tidak ada bukti pemenggalan kepala.
Juru bicara militer Jo-Ar Herrera mengatakan, jenazah-jenazah itu ditemukan terpisah dalam dua kelompok, yaitu 12 dan 5. Namun, dia tidak dapat memastikan apakah kelima orang tersebut dipenggal.
Juru bicara Angkatan Bersenjata Filipina, Brigjen Restituto Padilla, mengatakan, pihak berwenang tengah mengidentifikasi jenazah itu. Penemuan lima korban di antara 17 jenazah itu juga menjadi bukti kekejaman kelompok Maute, sebagaimana diceritakan warga Marawi yang berhasil meloloskan diri kota itu. Informasi tentang pemancungan datang melalui pesan teks kepada wartawan dari Letnan Kolonel Emmanuel Garcia dari Komando Mindanao Barat.
Temuan jenazah itu mengonfirmasi dugaan sebelumnya bahwa banyak warga sipil terbunuh. "Ini bisa meningkat secara signifikan, ada sejumlah besar yang telah terlihat," kata Padilla.
Ia mengatakan, penyebab semua kematian itu adalah kekejaman yang dilakukan teroris. Selain pembunuhan, kelompok militan juga memaksa warga sipil menjarah rumah, menjadi budak seks, dan bertempur. Militer sejauh ini enggan membahas kemungkinan bahwa dampak sebenarnya dari pertempuran terhadap warga sipil bisa jauh lebih parah daripada yang telah dilaporkan.
Butuh waktu
Padilla mengatakan, pihak berwenang mengakui, warga yang saat ini berada di kamp pengungsi mulai lelah. Namun, tentara membutuhkan lebih banyak waktu untuk menyelesaikan misi yang rumit, yang makin sulit karena banyaknya jebakan dan warga sipil yang terjebak di tengah arena pertempuran.
Hingga minggu kelima konflik di Marawi, setidaknya 71 anggota pasukan keamanan dan 299 anggota kelompok militan tewas dan lebih dari 246.000 warga mengungsi. Presiden Filipina Rodrigo Duterte berjanji menghancurkan kelompok militan di Marawi. Duterte mengatakan, saat ini Filipina menghadapi situasi yang sangat berbahaya.
"Beberapa dari mereka yang melakukan perjalanan ke Timur Tengah telah terkontaminasi, membawa ideologi tersebut kembali ke rumah dan berjanji mengumumkan perang melawan kemanusiaan," kata Duterte.
Menurut dia, banyak pemuda terinspirasi kebrutalan Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS). "Yang mereka lakukan hanya membunuh dan menghancurkan serta membunuh dengan cara yang paling brutal," kata Duterte dalam sebuah acara penyerahan bantuan senjata dari China.
Hingga hari ini, pertempuran di Marawi telah memasuki hari ke-37. Baku tembak dan peledakan bom masih terus terjadi di pusat kota Marawi.