Bersatu Melawan Teror
HAMBURG, KOMPAS — Pertemuan para kepala negara dan kepala pemerintahan negara-negara anggota G-20 di Hamburg, Jerman, semestinya bisa menjadi momentum untuk bersatu menanggulangi terorisme. Indonesia pun siap menjadi bagian dari pemberantasan terorisme.
Hal ini disampaikan Presiden Joko Widodo dalam sesi retret di Konferensi Tingkat Tinggi G-20, seperti dilaporkan wartawan Kompas, Nina Susilo, dari Hamburg Messe und Congress, Hamburg, Jerman, Jumat (7/7). Di sesi ini, Presiden Jokowi menjadi pembicara utama mengingat banyaknya pengalaman Indonesia mengatasi terorisme dan menerapkan soft power, tak hanya metode represif.
KTT G-20 ini dimulai satu jam lebih lambat dari jadwal. Sesi retret yang dijadwalkan dimulai pukul 10.00 baru diselenggarakan selepas pukul 11.00. Banyak kepala negara dan kepala pemerintahan tak bisa menuju ke lokasi KTT dari hotel masing-masing sesuai jadwal karena unjuk rasa banyak kelompok di berbagai sudut kota Hamburg.
Dalam pidatonya, Presiden Jokowi mengatakan, banyaknya kejadian teror di sejumlah negara adalah alarm tanda bahaya. Untuk itu, negara-negara G-20 semestinya mengambil tanggung jawab besar untuk menanggulangi terorisme dan bersatu.
"Apakah kita menyerah kepada teror? Apakah kita tetap diam? Kita tidak boleh menyerah, tidak boleh tinggal diam, kita harus bersatu memerangi ancaman terorisme," kata Presiden Jokowi.
Negara-negara G-20 pun dinilai mampu menjadi motor penanggulangan terorisme. Namun, bukan cara keras yang dinilai efektif, melainkan diperlukan keseimbangan antara hard power dan soft power.
Beberapa cara yang diperlukan adalah mengatasi ketimpangan ekonomi, kerja sama pertukaran informasi intelijen, penanganan petempur asing, dan peningkatan kapasitas. Pengawasan ketat dan penghentian arus pendanaan untuk tujuan teror juga harus diwujudkan.
"Yang kedua adalah dengan teknologi informasi. G-20 harus menjadi kekuatan pendorong dalam penyebaran kontra-naratif dengan penekanan pada gerakan moderasi dan penyebaran nilai damai dan toleran," ujarnya.
Presiden mencontohkan Indonesia yang menerapkan pendekatan lunak dalam mengatasi terorisme. Pendekatan lunak atau deradikalisasi ini tidak hanya melibatkan lembaga masyarakat, tetapi juga keluarga pelaku. Hasilnya, jumlah kejadian dan kualitasnya terus berkurang. Dari 560 narapidana terorisme, hanya 3 orang yang kembali menjadi pelaku teror atau 0,0053 persen.
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi mengatakan, Presiden mengambil contoh dikuasainya Marawi, Filipina selatan, oleh kelompok Maute yang setia kepada Negara Islam di Irak dan Suriah. (NIIS). Ini membuat warga setempat harus mengungsi. Kasus Marawi memanggil semua pihak untuk menyadari, jaringan NIIS sudah menyebar dan afiliasi dengan teroris lokal terus terjadi.
Pada pidato pembukaan, Kanselir Jerman Angela Merkel sebagai Ketua G-20 mengingatkan, dunia saat ini menghadapi tantangan besar. Namun, masalah bisa diatasi jika saling kompromi terjadi. Setiap negara perlu menghargai dan mengakomodasi persepsi negara lainnya tanpa harus meninggalkan prinsip.
Keyakinan ini disebabkan negara G-20 memiliki kekuatan sangat besar. Jumlah penduduk anggota G-20 mencapai dua pertiga populasi dunia. Negara anggota G-20 juga menguasai empat perlima dari produk domestik bruto (PDB) dunia serta tiga perempat perdagangan dunia.
"Semua (negara) yang tidak ada di sini berharap kita melakukan yang terbaik. Tak hanya soal perdagangan dunia, tetapi juga berbagai isu lain, seperti perubahan iklim," ujar Merkel.
KTT G-20 dihadiri kepala negara dan kepala pemerintahan dari 19 negara dengan perekonomian terbesar di dunia, ditambah Uni Eropa yang diwakili Ketua Komisi Eropa dan Presiden Dewan Eropa.
Di sela pertemuan G-20, Presiden Jokowi melakukan pertemuan bilateral terpisah dengan Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull dan PM Spanyol Mariano Rajoy. Turut mendampingi Jokowi dalam kedua pertemuan itu Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri Keuangan Sri Mulyani, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, dan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Thomas Lembong.
Unjuk rasa
Unjuk rasa di berbagai sudut kota membuat Jokowi pun tertahan di Hotel Steigenberger hingga menjelang pukul 11.00. Padahal, pertemuan bilateral dengan Turnbull telah usai pukul 09.30. Turnbull juga menunggu satu jam di Hotel Steigenberger sampai otoritas keamanan menyatakan situasi kondusif.
Unjuk rasa pada hari pertama KTT G-20 dimulai sejak pagi hari. Sekitar pukul 08.00, polisi antihuru-hara sudah berlarian sambil membawa tameng dan peralatannya di sekitar Hotel Steigenberger yang hanya berjarak sekitar 1,2 kilometer dari Hamburg Messe und Congress.
Iringan mobil polisi dengan sirene dan helikopter yang terbang rendah bergemuruh pun semakin sering terdengar di jalan-jalan kota Hamburg.
Polisi Hamburg mendatangkan bantuan personel dari seluruh Jerman untuk mengatasi demonstrasi menentang KTT G-20. Total sekitar 20.000 polisi dikerahkan menjaga pertemuan selama dua hari itu. Mereka didukung oleh helikopter, kendaraan lapis baja, wahana nirawak, dan meriam air.
Bentrokan paling keras dengan pengunjuk rasa yang menyebut diri sebagai "Black Bloc" terjadi Kamis malam. Demonstran yang mengenakan penutup wajah melemparkan botol bir ke arah polisi, menutup jalan utama dengan membakar mobil, dan melempari kaca jendela.
Polisi antihuru-hara mengejar para aktivis yang masih remaja dan sangat lincah bersembunyi di gang-gang jalanan Hamburg. Sampai kemarin, sekitar 45 pemrotes ditahan polisi, sementara 150 polisi mengalami luka-luka.
Kantor berita Jerman, DPA, melaporkan, para pengunjuk rasa itu telah menyayat ban-ban kendaraan delegasi Kanada. Kerusuhan itu juga membuat Ibu Negara Amerika Serikat Melania Trump tidak bisa menghadiri jamuan di pelabuhan Hamburg.
"Kami hanya ingin mereka mendengarkan kami dan mengambil gagasan kami secara serius," kata Noura, anggota Black Bloc. (AFP/REUTERS/MYR)