Dunia tidak akan otomatis tertarik atau mengetahui Indonesia dengan segala potensinya seandainya negara ini tidak proaktif dan interaktif terhadap dunia. Dan interaksi inilah yang sekarang terjadi dan gencar dilakukan pemerintah.
Tentu yang terjadi bukan interaksi semu atau interaksi di permukaan yang dipoles dengan foto-foto indah di media-media. Bukan ini tampaknya yang terjadi dengan pemerintahan sekarang di bawah Presiden Joko Widodo.
Interaksi itu kuat dan datang dari niat sendiri dengan latar belakang ingin memakmurkan Indonesia. Hanya dengan interaksi dan kemudian kolaborasi, Indonesia bisa membangun diri.
”Tidak ada negara yang berdiri sendiri dan terpencil seperti sebuah pulau,” kata Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Christine Lagarde. Sebuah seruan untuk kolaborasi dunia secara ekonomi.
Masih terlalu signifikan jumlah warga miskin di Indonesia sehingga diperlukan investasi dan kerja sama ekonomi yang solid dengan dunia. Kebetulan dunia pun sangat antusias dengan potensi Indonesia dan juga lebih tertarik lagi karena sikap proaktif pemerintahan sekarang.
Hingga Presiden AS Donald Trump pun mengatakan langsung, ”Sangat berkeinginan untuk memperdalam hubungan ekonomi dengan Indonesia.” Hal itu dikatakan Trump dalam pertemuan bilateral dengan Presiden Jokowi.
Presiden Jokowi pun bertemu langsung dengan pemimpin Spanyol, Australia, dan beberapa pemimpin negara lainnya di sela-sela pertemuan G-20. Kesan Indonesia yang baik dan prospektif pun otomatis muncul hingga media Jerman, Deutsche Welle, menuliskan wawancara dengan Menteri Keuangan Sri Mulyani edisi 7 Juli. Dalam wawancara itu Sri Mulyani dengan cekatan menjelaskan bahwa selain memiliki prospek bagus, Indonesia juga diupayakan untuk dikelola secara baik dalam sektor perekonomian.
Presiden Jokowi pun mengingatkan kembali bahwa keterlibatan Indonesia secara aktif dengan dunia sudah menyejarah lewat Konferensi Asia Afrika. Dia hanya melanjutkan preseden yang dulu pernah menarik perhatian dunia. Langkah yang mantap dan strategis.
Dunia semakin tertarik dan mau berinvestasi di Indonesia. Seiring dengan itu semakin banyak kerja sama ekonomi yang diteken dunia dengan Indonesia.
Memperbaiki diri
Meski demikian, akhirnya semua interaksi internasional itu harus dikembalikan ke dalam negeri juga, bagaimana memanfaatkan interaksi dan kerja sama. Indonesia harus seragam dan sinkron antara pusat dalam menyambut asing dan tujuan memakmurkan warganya di semua daerah.
Tentu dalam kaitan dengan ini, polemik sosial politik domestik adalah hal yang mutlak untuk diatasi, atau sederhananya dihentikan. Demi Indonesia yang makmur, dibutuhkan sambutan yang sinkron di dalam negeri.
Lebih lanjut, perbaikan sarana fisik, seperti jalan, demikian juga pelayanan investasi di daerah-daerah, menjadi salah satu faktor utama yang turut diatasi. Indonesia memiliki potensi luar biasa untuk maju. Hal ini sudah masuk radar pengamatan para pemikir dunia dan lembaga-lembaga think-tank, termasuk lembaga keuangan seperti JP Morgan.
Dan perbaikan dari dalam adalah seruan konstan Kanselir Jerman Angela Merkel ke Jerman sendiri dan khususnya ke Uni Eropa. Ini mutlak diperlukan sehingga dunia internasional atau investor tidak menarik diri dari Uni Eropa. Hal ini kontekstual dengan apa yang dilakukan Presiden Jokowi, perbaikan dari dalam dan kolaborasi dunia, seperti penekanan pertemuan G-20 di Hamburg, Jerman, pada 7-8 Juli lalu.
(AFP/AP/REUTERS)
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.