logo Kompas.id
InternasionalPM Theresa May Minta Dukungan ...
Iklan

PM Theresa May Minta Dukungan Kubu Oposisi

Oleh
· 3 menit baca

LONDON, SENIN — Perdana Menteri Inggris Theresa May meminta dukungan kubu oposisi di parlemen untuk bersama- sama memuluskan proses perceraian dengan Uni Eropa. Isyarat ini menunjukkan bahwa posisi May saat ini semakin lemah, menyusul rumor bahwa ada rencana di internal partai untuk menggeser dirinya. Pernyataan May itu muncul dalam kutipan pidato yang akan dibacakan Selasa ini, untuk memperingati satu tahun kepemimpinannya di Partai Konservatif setelah referendum Brexit tahun 2016. Lewat referendum itu rakyat Inggris memilih keluar dari Uni Eropa.Satu bulan setelah pelaksanaan pemilu yang membuat Partai Konservatif kehilangan posisi mayoritas di parlemen, May menyatakan dirinya masih berkomitmen memperjuangkan yang terbaik bagi Inggris pasca-Brexit. "Oleh karena itu, saya meminta kepada Majelis Rendah, tampilkan pandangan Anda tentang bagaimana mengatasi tantangan kita sebagai suatu negara. Kita mungkin bisa tak sepakat, tetapi melalui debat dan diskusi, ide-ide bisa diklarifikasi dan diperbaiki, dan cara terbaik bisa disepakati," kata May.Posisi May saat ini masih aman, setelah Partai Konservatif membentuk pemerintahan minoritas dengan Partai Unionis dari Irlandia Utara (DUP) yang memiliki 10 kursi. DUP secara tegas menyatakan mendukung hard Brexit, yakni opsi Inggris keluar dari pasar tunggal Eropa dan bea cukai bersama (custom union).Namun, sejumlah pejabat pemerintah termasuk Menteri Keuangan Philip Hammond yang mewakili suara kalangan bisnis, menginginkan agar Inggris mengambil jalan yang lebih lunak untuk menghindari dampak negatif pada perekonomian.Edisi Minggu The Daily Mail memberitakan, mantan ketua Konservatif Andrew Mitchell mengatakan pada pertemuan anggota parlemen bahwa May "sudah tak berkutik sehingga harus mundur."Namun, kubu May langsung menepis rumor tersebut. Wakil Ketua Konservatif Damian Green menyatakan, permintaan dukungan dan kerja sama kepada semua partai menunjukkan kedewasaan dalam berpolitik.Ekonomi memburukSetahun kepemimpinan May ditandai dengan situasi ekonomi yang pesimistik. Survei yang dikeluarkan Deloitte kemarin menunjukkan, optimisme di kalangan bisnis Inggris anjlok di triwulan kedua setelah hasil pemilu yang tak pasti. Sebanyak 72 persen menyatakan iklim bisnis akan makin memburuk begitu Inggris keluar dari UE. Hanya 8 persen yang menyatakan optimistis terhadap perekonomian pasca-Brexit.Kalangan bisnis telah menekan May untuk menegosiasikan proses perceraian yang mulus dalam dua tahun ini karena kepergian yang tiba-tiba akan menghancurkan investasi.Di tengah situasi yang tak pasti, juru runding Brexit dari Parlemen Eropa Guy Verhofstadt bersama dengan para pemimpin dari kubu kanan dan kiri membuat surat yang dipublikasikan di harian Guardian dan sejumlah surat kabar Eropa lainnya, Senin (10/7). Intinya, Parlemen Eropa akan memveto semua kesepakatan dalam negosiasi Brexit, jika kesepakatan itu mengancam hak-hak warga UE menjadi lebih "tak nyaman" dibandingkan dengan apa yang ada saat ini.Surat ini menanggapi proposal May bulan lalu terkait 3,2 juta warga UE di Inggris. Disebutkan, mereka yang telah bermukim lima tahun akan memperoleh hak tinggal permanen.(AP/AFP/REUTERS)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000