SAYLORSBURG, RABU — Ulama karismatik Turki, Fethullah Gulen (79), menyatakan, jika AS menyetujui permintaan Turki untuk mengekstradisi dirinya, ia akan memenuhi permintaan itu. Gulen yang mengasingkan diri ke Amerika Serikat pada 1999 membantah tuduhan Ankara bahwa ia akan melarikan diri ke Kanada untuk menghindari ekstradisi.
"Rumor itu sama sekali tidak benar," kata Gulen dalam wawancara khusus dengan Reuters di kediamannya di Pennsylvania.
"Jika Pemerintah AS melihat permintaan ekstradisi itu sebagai sesuatu yang wajar, saya akan pergi (ke Turki)," katanya.
Gulen yang pernah menjadi sahabat Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dituduh mendalangi kudeta militer pada Juli 2016. Kudeta gagal itu menyebabkan 240 orang meninggal dunia.
Turki yang menerapkan keadaan darurat sampai kini telah memenjarakan lebih dari 50.000 orang. Adapun sebanyak 150.000 orang dipecat dari jabatan mereka, termasuk guru, dosen, hakim, dan anggota militer, karena dituduh pro Gulen.
"Saya tidak pernah mendukung kudeta atau upaya menjatuhkan pemerintahan," tutur Gulen.
Erdogan, Mei lalu, mengatakan, ia akan terus menuntut pengekstradisian Gulen "sampai akhir". Ia juga telah menyampaikan permintaan itu secara pribadi kepada Presiden AS Donald Trump.
Namun, sejumlah pejabat AS mengatakan, Turki belum memberikan bukti-bukti yang cukup (soal keterlibatan Gulen dalam kudeta) kepada Departemen Kehakiman. Gulen berharap Presiden Trump akan menolak permintaan ekstradisi Ankara, khususnya setelah penasihat keamanan Trump, Michael Flynn, mengundurkan diri.
Intervensi Flynn
Flynn merupakan sosok yang paling vokal di jajaran kabinet Trump yang menyuarakan pengekstradisian Gulen.
"Washington harus mengekstradisi Fethullah Gulen. Kita harus menyesuaikan kebijakan luar negeri dengan menempatkan kepentingan Turki sebagai prioritas," kata Flynn dalam situs The Hill pada Agustus 2016.
Namun, hanya beberapa pekan setelah Trump dilantik, Flynn mengundurkan diri. Ia ketahuan mengadakan percakapan rahasia dengan diplomat Rusia di luar protokol.
Bukan itu saja, Flynn pernah dibayar 500.000 dollar AS sebagai pelobi luar negeri untuk membantu Pemerintah Turki mendiskreditkan Gulen. Bahkan, Flynn melakukan pertemuan rahasia dengan intelijen Turki guna mengekstradisi Gulen secara diam-diam.
Teroris
Para pengikut Gulen mengoperasikan jaringan global sekolah dan bisnis dengan nama Hizmet atau "pelayanan", yang mengampanyekan antara lain komunikasi antar-kepercayaan. Jaringan Gulen ini kemudian dinyatakan sebagai organisasi teroris oleh otoritas Turki, dua bulan sebelum terjadi kudeta gagal. Sejak itu Gulen menjadi sosok yang terpinggirkan dari spektrum politik Turki.
Gulen mendesak Trump, Uni Eropa, dan Parlemen Eropa untuk menyatakan bahwa langkah Erdogan menangkapi warganya serta memberangus media adalah salah.
"Mungkin hal itu bisa membuat dia berubah pikiran," kata Gulen yang mengapresiasi oposisi di Turki.
"Upaya untuk menggeser Erdogan harus melalui pemilu dan jalan damai, bukan melalui cara-cara yang tidak demokratis," kata Gulen.
Pemerintah Turki berkali-kali menyatakan bahwa pemberian hukuman penjara dan penangkapan sudah sesuai dengan hukum yang berlaku. "Aturan hukum ditegakkan di Turki dan hal itu dilakukan bukan untuk kekuasaan," kata Reyza Kavakci dari AKP, partai yang berkuasa.