Nuansa ini tertangkap jelas ketika Yellen memberikan testimomi di hadapan Komite Perbankan Senat AS, Kamis (13/7), di Washington DC. Sangat jarang seorang gubernur bank sentral mengkritik kebijakan pemerintah yang sedang berkuasa.
Yellen tampaknya sedang memberikan opini terakhir. Saat ditanya, apakah ia tak akan menjabat untuk periode kedua setelah periode pertama (Februari 2014-2018) berakhir, Yellen menjawab, ”Tampaknya ya.” Trump sudah lama menunjukkan ketidaksukaan pada Yellen.
Ucapan Yellen berikutnya sekaligus pertanda bahwa ia tidak bisa lagi menahan diri untuk tidak memberikan opini soal kebijakan Trump. Ini logis karena Trump sangat berpotensi membawa perekonomian AS ke dalam resesi besar.
Testimoni Yellen diawali dengan hal-hal optimistis bahwa perekonomian AS membaik secara umum. Dia mengatakan, telah banyak langkah baik yang dilakukan sejak krisis besar ekonomi AS pada 2008. Namun, dalam tanya jawab Yellen memberikan sinyal semakin jelas.
Dia menyebutkan, setidaknya dalam waktu dekat ini tidak akan ada resesi besar. Hanya saja, tambah dia, ”Kita tidak akan pernah begitu yakin untuk memastikan bahwa tidak akan ada risiko.”
Yellen tidak langsung dan tidak selalu merujuk ucapan berikutnya kepada Trump. Akan tetapi, amat jelas bahwa ada risiko besar jika Trump tidak waspada soal pengelolaan perekonomian.
Yellen menyebutkan, potensi risiko bisa muncul dari sektor keuangan. Hal ini jika peraturan di sektor keuangan diperlonggar. Pada awal Juni lalu, dia sudah menegaskan, peraturan keuangan bukan hambatan bagi aktivitas sektor keuangan. Oleh karena itu, ada risiko jika peraturan diperlonggar.
Masih terkait sektor keuangan, Yellen juga menegaskan bahwa tidak ada alasan untuk bersikap longgar tentang peningkatan modal perbankan. Pernyataan Yellen merujuk pada laporan Departemen Keuangan AS bahwa permodalan perbankan AS dalam keadaan rapuh. Kekurangan modal dasar sektor keuangan pada umumnya menjadi benih kuat untuk memunculkan resesi.
Nah, jika dua hal itu—yakni peraturan dan peningkatan modal—tidak diperhatikan, tak akan ada jaminan bahwa krisis ekonomi akan lepas dari resesi. Krisis ekonomi AS tahun 2008 berasal dari kekacauan di sektor keuangan AS.
Ini sebuah peringatan yang jelas. Trump adalah presiden dari Partai Republik yang sedang merombak aturan yang sudah ada di era Presiden Barack Obama. Trump sendiri adalah seorang pengusaha yang sejak lama tidak menghendaki peraturan. Dia juga tidak membayar pajak dengan disiplin penuh.
Kebijakan fiskal
Yellen melengkapi peringatannya dengan mengatakan bahwa ada risiko perekonomian jika kebijakan fiskal Trump tidak dijalankan secara tepat. Ia menyebutkan, misalnya, bahwa pengeluaran negara untuk asuransi kesehatan adalah hal yang termasuk menyehatkan perekonomian sejak krisis 2008.
Jaminan sosial bagi warga ini termasuk pendorong permintaan pada perekonomian. AS didominasi ketimpangan besar antara kaum kaya dan miskin. Untuk mendorong pertumbuhan, kenaikan permintaan dari lapisan warga termiskin harus didorong, termasuk dengan jaminan sosial dan kesehatan.
Yellen melihat jaminan sosial ini sebagai hal signifikan untuk memulihkan perekonomian. Namun, ironisnya, jaminan sosial ini sedang diupayakan oleh Trump untuk dibatalkan walau mendapatkan perlawanan dari Partai Republik.
Yellen juga mengingatkan secara implisit tentang bahaya perang dagang. Dalam testimoninya, Yellen mengatakan, dia melihat potensi ketegangan dalam hal perdagangan antara AS dan mitra dagang AS.
Sebagaimana diketahui, Trump selalu sibuk menyerang negara-negara mitra dagang. Hal ini tidak akan membuat negara-negara mitra dagang AS itu hanya bersikap diam. AS adalah negara yang menikmati relasi ekonomi dengan dunia.
Pertanyaannya sekarang, apakah Trump akan mau mendengar sinyal kuat dari Yellen. Gubernur bank sentral yang satu ini diakui banyak pihak sebagai salah satu Gubernur Bank Sentral AS yang mempunyai integritas tinggi.
Peringatan Yellen pantas menjadi dasar kuat bagi dunia untuk menebak arah perekonomian AS. Jika salah kelola, resesi besar tidak akan terhindarkan. Jika AS terjebak resesi, dunia akan turut merasakan efeknya.
(SIMON SARAGIH)
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.