Di baju yang mereka pakai tidak ada tulisan "Afganistan". Tanda nama mereka pun hanya ditulis tangan, bukan ditik. Setelah melalui proses panjang, enam siswi Afganistan yang akan mengikuti Kompetisi Robotik Internasional akhirnya tiba di Washington DC, Amerika Serikat, Senin (17/7).
Setelah menginjakkan kaki di AS, mereka mengatakan sangat antusias mewakili Afganistan dalam kompetisi tersebut. Tim itu terdiri atas enam remaja putri Afganistan. Aplikasi visa mereka ditolak dua kali sebelum Presiden AS Donald Trump melakukan intervensi pada menit-menit terakhir.
Mereka tiba di Washington DC setelah menjalani penerbangan panjang dari kota mereka di Herat, Afganistan, Sabtu pekan lalu. Robot pemilah bola karya mereka pun ikut meramaikan putaran pertama kompetisi, Senin pagi.
"Kami sangat tertarik karena kami mendapatkan kesempatan besar untuk menunjukkan talenta dan kemampuan siswi-siswi Afganistan, menunjukkan bagaimana perempuan Afganistan membuat robot," kata Rodaba Noori, anggota tim.
Ia menambahkan, timnya tak memiliki banyak waktu persiapan tampil di kompetisi itu. Kompetisi robot internasional ini didesain untuk mendorong anak muda di seluruh dunia mengejar karier di bidang matematika dan ilmu pengetahuan.
Keberadaan tim siswi Afganistan terlihat lebih menonjol di antara lebih dari 150 peserta kompetisi. Hal ini terkait perjuangan para siswi itu yang dihadapkan pada peperangan di negeri mereka, serta berbagai kesulitan dan ketatnya birokrasi AS saat hendak menuju Washington DC.
Visa sempat ditolak
Pemerintah AS tak bersedia mengungkapkan, mengapa para remaja putri Afganistan itu sempat ditolak permohonan visa mereka. Pejabat AS beralasan, ada aturan kerahasiaan soal dasar keputusan mereka.
Namun, Duta Besar Afganistan untuk AS Hamdullah Mohib mengatakan, berdasar hasil diskusi dengan pejabat AS diketahui bahwa para gadis remaja yang berusia 14-16 tahun tersebut ditolak visa mereka karena ada kecurigaan bahwa mereka tak akan kembali ke Afganistan selepas ikut kompetisi.
Dengan bantuan penerjemah, anggota tim Fatemah Qaderyan (14) mengatakan, ia sangat bersyukur dapat ikut dalam kompetisi robot. Temannya, Lida Azizi (15), mengaku sedikit gugup, tetapi tetap antusias tampil dan merasa bangga.
Meskipun mendapat banyak perhatian media, para gadis remaja Afganistan itu-seperti peserta kompetisi lainnya-mengenakan jins dilengkapi dengan penutup kepala warna putih. "Saya sangat gembira, mereka akhirnya bisa ikut kompetisi ini," kata mentor tim robot Afganistan, Alireza Mehraban, seorang insinyur software.
Jika tim lain butuh waktu empat bulan untuk membuat robot, tim Afganistan merangkai robot mereka dalam dua minggu sebelum robot mereka dikirimkan ke panitia kompetisi. "Mereka punya waktu satu hari untuk menguji robot itu di Afganistan sebelum dikirimkan," kata Mehraban. (AP/AFP/LOK)