logo Kompas.id
InternasionalGeopolitik dan Terorisme Jadi ...
Iklan

Geopolitik dan Terorisme Jadi Tantangan Serius

Oleh
· 3 menit baca

JAKARTA, INDONESIA Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi menyatakan, rivalitas geopolitik dan kejahatan transnasional yang terorganisasi, seperti terorisme dan peredaran narkotika serta obat-obatan terlarang, menjadi tantangan serius bagi Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN). Rivalitas geopolitik yang dimaksud Retno berkenaan langsung dengan dinamika di Laut China Selatan."Salah satu hal utama terkait rivalitas geopolitik adalah Laut China Selatan. Bagaimana ASEAN dapat mempertahankan perdamaian dan stabilitas di kawasan itu menjadi tantangan," kata Retno dalam pidato kuncinya di Konferensi Internasional Sehari 50 Tahun ASEAN bertajuk "Strengthening Cooperation and Inclusiveness", di Jakarta, Rabu (19/7). Konferensi digelar harian The Jakarta Post bekerja sama dengan Bank Indonesia dan Centre for Strategic and International Studies. Selain Retno, pembicara kunci lainnya adalah Deputi Senior Gubernur BI Mirza Adityaswara. Para pembicara berasal dari negara-negara di ASEAN.Dinamika terkait kondisi Laut China Selatan (LCS), menurut Retno, tidak bisa dilepaskan dari ASEAN dalam hubungannya dengan China. Hampir separuh dari 10 negara anggota ASEAN adalah negara pengklaim LCS. Negara-negara itu adalah Filipina, Brunei, Malaysia, dan Vietnam. Di luar kawasan Asia Tenggara, China dan Taiwan merupakan pengklaim LCS. Adapun Indonesia bukan pengklaim LCS. "Bagaimanapun kerja sama dengan China yang berdasarkan hukum internasional tetap sebagai sebuah keharusan," tutur Retno seraya menyebutkan harapan agar tata cara perilaku (CoC) antara ASEAN dan China dapat disepakati pada Agustus tahun ini. Keberadaan 50 tahun ASEAN yang diperingati tahun ini, menurut Retno, adalah hal yang patut disyukuri oleh masyarakat ASEAN. Lahir dari negara-negara dengan sejarah yang diliputi konflik dan suramnya ekonomi, ASEAN mampu bertahan damai dan ekonominya tumbuh dengan prinsip-prinsip yang dipegang teguh anggotanya. Prinsip-prinsip itu mencakup penghindaran konflik, mengedepankan dialog, serta kesamaan dan organisasi yang berdasarkan aturan yang dihormati bersama. NIISTerkait tantangan dalam hal kejahatan transnasional yang terorganisasi, Retno menyatakan, apa yang menimpa Filipina dengan upaya perebutan dan penguasaan Marawi oleh kelompok Maute merupakan peringatan. Maute yang diduga kuat terafiliasi dengan kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) menjadi peringatan atas bahaya aksi terorisme di ASEAN. Retno menegaskan, kerja sama antarnegara ASEAN dan ASEAN dengan negara-negara lain bakal diperkuat untuk menangkal bahaya terorisme dan kejahatan transnasional lain, seperti peredaran narkoba. "Tanpa kesatuan, ASEAN tidak akan bisa mempertahankan sentralitasnya. Tanpa sentralitas, kita tidak bisa mempertahankan relevansi kita bagi seluruh masyarakat ASEAN," ungkapnya.Di bidang ekonomi, Mirza menyatakan, negara-negara ASEAN termasuk Indonesia terus bekerja untuk mereformasi ekonomi agar semakin relevan sesuai dengan zaman. Mirza menyebutkan, Indonesia belajar banyak dari peristiwa krisis ekonomi pada 1997-1998. Reformasi ekonomi itu dilakukan seiring upaya reformasi politik dan hukum. (BEN)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000