Israel Hentikan Pemeriksaan dengan Pemindai Metal di Al-Aqsa
Israel menghentikan pemeriksaan dengan alat pemindai metal di gerbang kompleks Masjid Al-Aqsa. Keputusan ini hasil kompromi dengan Jordania.
Oleh
MH Samsul Hadi
·3 menit baca
JERUSALEM, SELASA — Israel memutuskan untuk menghentikan pemeriksaan dengan alat pemindai metal di gerbang kompleks Masjid Al-Aqsa, Selasa (25/7), dan menggantinya dengan alat pemeriksaan lain yang tidak terlalu mencolok. Demikian pernyataan kabinet Israel, Senin malam waktu setempat.
Keputusan tersebut dikeluarkan kabinet Perdana Menteri Benjamin Netanyahu setelah sidang yang digelar untuk kedua kalinya dan berlangsung beberapa jam di hari Senin itu. Kabinet keamanan menerima ”rekomendasi semua badan keamanan untuk mengubah alat pemeriksaan pemindai metal dengan pemeriksaan keamanan sesuai teknologi maju dan cara-cara lain,” demikian pernyataan kantor PM Netanyahu.
Foto-foto kantor berita Associated Press memperlihatkan seorang petugas mencopot alat pemindai detektor di Gerbang Singa kompleks Masjid Al-Aqsa sebelum hari Selasa pukul 02.00 waktu setempat. Ratusan warga Palestina berkumpul di dekat gerbang kompleks Masjid Al-Aqsa untuk merayakan keputusan dicabutnya sistem pemeriksaan alat pemindai metal oleh Israel tersebut.
Laporan media setempat menyebutkan, keputusan itu sebagai bentuk kompromi dengan dilepasnya seorang penjaga keamanan Kedutaan Besar Israel di Amman, Jordania, yang terlibat insiden penembakan di dalam kantor kedubes, Minggu malam. Dua warga Jordania tewas dalam insiden itu.
Seorang pejabat di kantor PM Israel mengungkapkan, staf Kedubes Israel di Jordania–termasuk seorang petugas keamanan yang terlibat dalam insiden penembakan, Minggu malam–telah kembali dari Amman ke Israel. Sebelum kabinet Israel merilis pengumuman penghentian alat pemeriksaan pemindai metal di pintu-pintu masuk kompleks Masjid Al-Aqsa, PM Netanyahu berbicara melalui telepon dengan Raja Jordania Abdullah II mengenai krisis terbaru di Al-Aqsa.
Kantor berita Jordania, Petra, melaporkan, Raja Abdullah II menekankan pentingnya ”mencabut langkah-langkah yang diambil pihak Israel sejak krisis ini meletus” dan menyetujui langkah-langkah untuk mencegah eskalasi lain di masa-masa mendatang. Sebelum itu, pejabat Shin Bet–agen keamanan domestik Israel–menemui para pejabat di Jordania untuk menyelesaikan krisis tersebut.
”Kembalinya rombongan (staf Kedubes Israel di Amman) terwujud berkat koordinasi erat yang dilakukan pada hari sebelumnya oleh Israel dan Jordania,” sebut pernyataan kantor PM Netanyahu. Senin kemarin, Utusan Presiden Amerika Serikat untuk Timur Tengah Jason Greenblatt tiba di Israel untuk menggelar pertemuan dengan pejabat Israel. Pejabat di Washington DC menyebutkan, Greenblatt melanjutkan perjalanan ke Jordania untuk bertemu dengan pejabat setempat.
Di kantor PBB, New York, AS, Utusan Timur Tengah PBB Nikolay Mladenov mengingatkan ancaman eskalasi jika krisis terkait alat pemeriksaan pemindai metal ini tidak segera diselesaikan hingga hari Jumat mendatang. Kepada wartawan seusai sidang tertutup Dewan Keamanan PBB, ia mengatakan, sangat penting status quo di kompleks suci tersebut dipelihara.
Israel memasang alat pemindai metal di pintu-pintu masuk kompleks Kota Tua Jerusalem, yang mencakup Masjid Al-Aqsa dan Kubah Batu (Dome of the Rock), menyusul serangan pada 14 Juli yang menewaskan dua polisi Israel.Warga Palestina melihat cara baru pemeriksaan itu sebagai upaya Israel memperluas kontrol atas situs suci tersebut. Mereka memprotes keputusan tersebut dengan menolak masuk kompleks Masjid Al-Aqsa dan menggelar shalat berjemaah di jalan-jalan sekitar kompleks tersebut lebih dari sepekan terakhir.
Sejumlah bentrokan mewarnai aksi-aksi protes itu menyebabkan lima warga Palestina tewas. Tiga warga Israel juga tewas ditikam seorang warga Palestina yang menyelinap masuk ke rumah mereka di area permukiman Yahudi di Tepi Barat.
Kompleks Al-Haram al-Sharif, yang di dalamnya terdapat Masjid Al-Aqsa dan bangunan Kubah Batu (Dome of the Rock), merupakan situs paling suci ketiga bagi umat Muslim setelah Mekkah dan Madinah di Arab Saudi. Situs itu juga dianggap sebagai tempat paling suci oleh umat Yahudi, yang mengklaim tempat tersebut merupakan kompleks Bukit Kuil yang disebut dalam kitab suci mereka.
Israel merebut kompleks suci itu, beserta Jerusalem Timur dan teritorial lain di Tepi Barat, pada perang 1967. Meski demikian, Jordania ditetapkan sebagai penjaga dan pengelola kompleks Al Haram al-Sharif. Warga non-Muslim diperbolehkan mengunjungi kompleks tersebut, tetapi tidak diizinkan beribadah. (AP/AFP/REUTERS)