logo Kompas.id
InternasionalTKI Alami Radikalisasi
Iklan

TKI Alami Radikalisasi

Oleh
· 3 menit baca

JAKARTA, KOMPAS — Suasana atau situasi keterasingan diduga menjadi pintu masuk radikalisasi pada sejumlah buruh migran asal Indonesia. Meskipun jumlahnya belum signifikan, persoalan tersebut harus segera diantisipasi. Pelibatan komunitas buruh migran dalam berbagai kegiatan antarkomunitas dinilai dapat meredamnya.Direktur Eksekutif Migrant Care, Wahyu Susilo, Rabu (26/7), mengatakan, situasi terasing itu muncul karena kurangnya kegiatan yang memungkinkan mereka berinteraksi dengan lebih banyak komunitas. Situasi seperti itu, menurut dia, banyak dialami oleh buruh migran asal Indonesia yang saat ini bekerja di sejumlah negara. "Pergaulan mereka sangat terbatas," kata Wahyu. Situasi itu berbeda dengan komunitas buruh migran Indonesia yang bekerja di Singapura. Di negara itu, menurut Wahyu, Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) aktif menggelar berbagai kegiatan yang diperuntukkan bagi berbagai kalangan, termasuk buruh migran Indonesia. Bahkan, mereka juga memfasilitasi pertemuan antara buruh migran Indonesia dan mahasiswa dari Indonesia serta sejumlah ahli. "Lewat kegiatan-kegiatan itu mereka dikembangkan dengan konten-konten yang bersifat keindonesiaan," kata Wahyu.Jaringan media sosialWahyu menyampaikan hal tersebut guna menanggapi laporan Institut Analisis Kebijakan dan Konflik (IPAC) yang mengatakan, sejumlah buruh migran Indonesia yang bekerja di Hongkong mengalami radikalisasi oleh kelompok ekstrem Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS). Investigasi yang dilakukan IPAC itu menyebutkan, setidaknya ada 45 TKI di sektor domestik yang teradikalisasi.Menurut analis dari IPAC, Nava Nuraniyah, mereka masuk dalam jaringan itu setelah berpacaran dengan anggota kelompok ekstrem yang dikenalnya lewat jaringan media sosial. "Namun, beberapa orang lainnya bergabung dengan NIIS karena melihat kelompok itu sebagai jalan untuk lebih berkembang," ujar Nava. Laporan juga menyebutkan kisah seorang perempuan yang memilih masuk ke dalam jaringan radikal setelah bertahun-tahun mengalami gejolak dalam kehidupan pribadinya. Ia kemudian menjadi pemain kunci dan membantu warga asal Indonesia untuk pergi ke Suriah, kadang-kadang melalui Hongkong. Menurut IPAC, kekerasan terhadap TKI-sebagaimana terdapat dalam banyak laporan yang menyoroti eksploitasi pekerja domestik di Hongkong oleh agen mereka-tidak memainkan peran langsung dalam proses radikalisasi itu. Meskipun demikian, maraknya kekerasan atas TKI telah mendorong pembentukan kelompok advokasi berdasarkan agama.Bagikan selebaranSaat ini, setidaknya ada 150.000 pekerja migran asal Indonesia yang bekerja di Hongkong. Beberapa hari lalu, media Hongkong melaporkan, sejumlah pendukung NIIS membagikan selebaran kepada pekerja domestik yang berkumpul di taman- taman kota saat menikmati hari Minggu. Seorang pekerja domestik yang hamil tua mengatakan kepada teman-temannya bahwa ia dan suaminya merencanakan untuk menjalin hubungan dengan NIIS di Suriah. Aktivis buruh migran Indonesia, Eni Lestari, menyadari kuatnya potensi ancaman radikalisasi. Namun, ia meragukan adanya pendukung NIIS di antara mereka. "Kami tidak melakukan radikalisasi," kata Eni."Menurut saya, sangat tidak adil bagi komunitas pekerja rumah tangga Indonesia diberi label demikian," ujar Eni. Menurut dia, saat ini, TKI kurang berani menggelar acara keagamaan karena polisi akan menanyai mereka. Dampak laporanKetua Aliansi Migran Muslim Indonesia di Hongkong, Romlah Rosyidah, khawatir dengan dampak laporan itu. Ia mengatakan, majikannya baru saja bertanya kepadanya, apakah dia mengetahui NIIS. Polisi juga datang untuk menyaksikan kegiatan yang diselenggarakan oleh anggota kelompoknya yang berisikan pelajaran agama. (AFP/JOS)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000