WASHINGTON, KAMIS — Pemerintah Amerika Serikat mendesak China mengambil sikap tegas atas Korea Utara terkait program nuklirnya. Washington bahkan meminta wakil Pyongyang tak hadir pada Forum Regional ASEAN di Manila akhir pekan ini. Beijing sejauh ini masih bergeming atas desakan itu.
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Rex Tillerson bakal menerapkan langkah diplomasi untuk menekan Korea Utara dalam pertemuan para menteri luar negeri di Manila, Filipina. Meski Tillerson menyatakan AS tidak ingin rezim di Korut berganti, Washington mendorong perwakilan negara-negara lain untuk menerapkan tekanan diplomatik terhadap negara tersebut.
Sikap itu mengacu pada sanksi Perserikatan Bangsa-Bangsa atas Pyongyang. ”Kami mengharapkan, dalam pertemuan itu, muncul kecaman bersama untuk merespons sikap provokatif Korut,” kata Pelaksana Tugas Asisten Menteri Luar Negeri AS Susan Thornton di Washington, Kamis (3/8).
Forum Regional ASEAN (ARF) dijadwalkan berlangsung pada Senin (7/8) di Manila, Filipina. Pertemuan tahunan tersebut diadakan satu rangkaian dengan pertemuan-pertemuan tingkat menteri ASEAN, salah satunya 50th ASEAN Foreign Ministers’ Meeting (AMM), yang dimulai pada Jumat ini. Forum ARF dihadiri diplomat tinggi dari 26 negara, termasuk wakil Uni Eropa.
Politik dan keamanan di Asia Pasifik menjadi salah satu isu yang dibahas dalam pertemuan. Perkembangan di Semenanjung Korea menjadi salah satu topik hangat yang dibahas. Para menteri direncanakan menyampaikan keprihatinan mendalam atas langkah Korut yang menggelar sejumlah tes peluncuran rudal.
Apresiasi
Menteri Luar Negeri China Wang Yi mengapresiasi pernyataan Tillerson. Di Beijing, Wang menyatakan bahwa pernyataan Tillerson itu sangat penting. Selain tak mendorong pergantian rezim di Korut, Tillerson juga mengatakan bahwa AS tidak akan mempercepat proses penyatuan Korut dengan Korea Selatan.
Wang menyatakan, China berharap semua pihak menahan diri, bertemu dan berdialog dalam posisi yang sama. Tujuan yang ingin dicapai adalah mencari rencana fundamental dalam penyelesaian masalah keamanan di Semenanjung Korea.
China merupakan mitra dagang utama Korut. China juga sumber bantuan pangan dan bahan bakar bagi Pyongyang. Melalui perusahaan-perusahaan China, Beijing berinvestasi tunggal di Korut, khususnya di sektor sumber daya alam.
Tillerson menegaskan, pertemuan tersebut tidak akan efektif hasilnya jika Korut hadir dengan sikapnya yang tetap membela program pengembangan senjata nuklirnya. Jika demikian, AS menilai lebih baik Korut tidak perlu hadir di Manila.
Sikap bergeming itu gelagatnya memang akan ditampilkan Pyongyang. Merujuk pada isi draf yang akan dibacakan Menteri Luar Negeri Korut Ri Yong Ho, di Manila pada awal pekan depan, Korut akan menyatakan pengembangan senjata nuklir semata-mata bagian dari pertahanan diri.
Pihak AS menyatakan, meski Menlu Korut hadir di Manila, Tillerson tak akan menggelar pertemuan bilateral dengannya.
Pernyataan Filipina
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Filipina Robespierre Bolivar menyatakan, ARF tidak memiliki kapasitas untuk menolak atau membatasi negara-negara peserta dalam forum itu. Meskipun demikian, negara-negara peserta tetap bebas membatalkan rencana kehadiran mereka jika hal itu menjadi keinginan negara yang bersangkutan. Hal terakhir ini tidak diatur dalam ARF.
Adapun Presiden Filipina Rodrigo Duterte berkomentar pedas terhadap Korut dan pemimpinnya, Kim Jong Un. Kim dan Korut dinilai bermain dengan ”mainan” yang berbahaya.
Sosok Kim dinilai sebagai sosok tak waras. Sikap Kim tersebut dapat memicu terjadinya perang nuklir.
(AP/AFP/REUTERS/BEN)