logo Kompas.id
InternasionalBolivar Fuerte Terjun Bebas
Iklan

Bolivar Fuerte Terjun Bebas

Oleh
· 3 menit baca

Bolivar fuerte atau BsF sejak Januari 2008 menggantikan mata uang lama Venezuela, bolivar. Kata "fuerte" merefleksikan keinginan pemerintah akan mata uang yang kuat (fuerte). Kini, kurs bolivar bukan saja tidak kuat, malah terjun bebas. Kurs resmi pemerintah, 10 BsF setara dengan 1 dollar AS. Dengan demikian, upah minimum sebulan 97.352 BsF setara 9.735 dollar AS. Apabila dirupiahkan dengan asumsi kurs rupiah Rp 13.000 per dollar AS, upah minimum itu setara Rp 126,5 juta.Kurs salah satunya tergantung pasokan mata uang asing (devisa), dalam hal ini dollar AS. Ekspor minyak, kekuatan utama ekonomi, sedang anjlok dan menurunkan devisa.Kekacauan produksi makin akut akibat aksi protes yang meluas. Pasokan bahan makanan pun sudah dijatah. Kurs bolivar terpengaruh besar dengan pergerakannya yang liar.Jumlah uang Rp 126,5 juta di Venezuela tidak cukup untuk menghidupi satu keluarga dalam sebulan, bahkan tak cukup untuk dua hari.CNN memberitakan, pada 3 Mei 2017, harga telur ayam sebanyak 25 butir adalah 9.600 BsF. Harga ini melejit dari 1.180 BsF pada Maret 2015. Jika harga pada 3 Mei dikonversikan ke dollar AS, berdasarkan kurs pemerintah, harga 25 butir telur setara 960 dollar AS (Rp 12,48 juta).Kurs pemerintah tidak berlaku. Kenyataannya, di pasar gelap kurs bolivar fuerte berdasarkan situs DollarToday sudah 18.892 BsF per dollar AS per 5 Agustus 2017. Dengan demikian, upah minimum sebulan 97.293 BsF setara 5,15 dollar AS (Rp 66.950).Menurut DollarToday, pada 12 Agustus kurs bolivar fuerte kembali menguat menjadi sekitar 12.000 BsF per dollar AS. Kurs ini tetap mencekik. Nilai gaji yang sangat rendah menyebabkan warga tidak mampu mengimpor kebutuhan makanan, yang saat masa tenang biasa diimpor.Satu lagi persoalan di Venezuela, pengadaan bahan makanan di Venezuela, yang dialokasikan pemerintah, sedang macet parah. Kejayaan minyak tidak dipakai untuk memperbaiki perekonomian. Rakyat ditaburi uang banyak saat makmur dan terbiasa berbelanja di luar negeri.Kini, warga Venezuela terpukul keras, diperburuk kurs bolivar fuerte yang terjun bebas.Maduro marahPresiden Venezuela Nicolas Maduro marah tentang kurs gelap. Pematok kurs gelap diancam hukuman. Pendiri DollarToday adalah seorang oposisi yang sudah pindah dari Venezuela dan menjadi warga negara AS, Gustavo Diaz. "Saya, toh, sudah warga AS. Saya tidak takut," kata Diaz. Dalam penyusunan kurs ini, DollarToday menggunakan skema dari Steve Hanke (Cato Institute, think tank bergengsi AS). Diaz mengatakan, dia bertanggung jawab atas apa yang dia lakukan. Kurs DollarToday menjadi acuan bagi warga Venezuela. Menurut Gustavo, kurs dipatok berdasarkan transaksi yang terjadi di Cucuta, kota di Kolombia yang berbatasan langsung dengan Venezuela.Kurs serupa dipakai media internasional, seperti Reuters dan CNBC. Menurut The Economist (23 Juli 2015), kurs BsF dari DollarToday lebih rasional. Majalah Fortune edisi 4 Agustus 2017 menurunkan berita yang menyebutkan kurs BsF terjun bebas, juga menggunakan informasi dari DollarToday.Fakta lain, pemerintah tak menyediakan pertukaran BsF yang bebas terhadap dollar AS.Kejatuhan kurs merupakan buah tindakan pemerintah yang mencetak bolivar fuerte untuk membiayai defisit anggaran negara. Pencetakan mata uang yang tidak diiringi kenaikan produksi membuat mata uang selalu mengalami depresiasi akut.Dengan kurs berlaku di pasar gelap, bolivar fuerte mirip tumpukan kertas yang tidak punya nilai. Syarat mata uang, harus punya nilai dan langka. Bolivar fuerte banyak beredar, tetapi tidak bernilai (FoxNews, 7 Agustus).Efek dari itu adalah derita rakyat. Studi yang dilakukan tiga universitas menunjukkan, pada 2015 sebanyak 85 persen warga Venezuela yang berpenduduk 31 juta jiwa tidak memiliki cukup uang untuk membeli kebutuhan dasar. Harga minyak anjlok pada akhir 2014.Kekurangan pangan membuat munculnya istilah di kalangan warganya "Diet ala Maduro". Sejumlah warga sudah memburu hewan di kawasan yang dilindungi untuk bisa makan. Caracas kini menjadi ibu kota paling berbahaya di dunia akibat maraknya perampokan. Warga Venezuela berhamburan ke seberang untuk mencari penghidupan. (SIMON SARAGIH)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000