logo Kompas.id
InternasionalSaudi-UEA Bermanuver di Irak
Iklan

Saudi-UEA Bermanuver di Irak

Oleh
· 3 menit baca

KAIRO, KOMPAS — Arab Saudi dan Uni Emirat Arab melakukan manuver sedemikian rupa guna meredam pengaruh Iran di Timur Tengah. Mereka terakhir ini melakukan terobosan, mengundang Pemimpin Syiah Irak Moqtada al-Sadr berkunjung ke dua negara Arab Teluk yang kaya tersebut. Sadr (44) telah berkunjung ke Uni Emirat Arab (UEA) pada 13 Agustus lalu, dan ke Arab Saudi, 30 Juli. Mesir segera mengikuti jejak Arab Saudi dan UEA dengan mengundang Sadr ke Kairo. Dijadwalkan, Sadr akan mengunjungi Kairo dalam waktu dekat.Wartawan Kompas, Musthafa Abd Rahman, dari Kairo, Mesir, melaporkan, kunjungan Sadr ke Arab Saudi dan UEA mengubah peta pola hubungan di Timur Tengah, ditandai pergeseran hubungan dunia Sunni-Syiah. Arab Saudi dan UEA, melalui pendekatan dengan Sadr, ingin membangun opini bahwa tak ada masalah hubungan Sunni-Syiah. Mereka ingin menunjukkan, persoalan di Timur Tengah disebabkan ekspansi pengaruh suatu negara ke negara lain, atau kebijakan campur tangan atas negara lain, seperti-yang mereka tuduhkan-dilakukan Iran. Manuver Arab Saudi dan UEA itu dilakukan di tengah hubungan buruk antara Sadr dan Iran akhir-akhir ini. Sadr menyerukan pembubaran milisi Syiah, Hashd al-Shaabi, di Irak setelah kemenangan pasukan Irak atas milisi Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) di Mosul, awal Juli lalu. Milisi Hashd al-Shaabi dikenal sebagai sayap militer Iran di Irak. Dibentuk di Irak, 15 Juni 2014, milisi itu dirancang untuk menghadapi ancaman NIIS. Sadr menyerukan Presiden Suriah Bashar al-Assad mundur demi terciptanya perdamaian di Suriah. Dalam wawancara dengan harian Asharq al-Awsat edisi 11 Agustus lalu, Sadr menegaskan, milisi Hashd al-Shaabi harus dibubarkan, dan anggotanya digabung dengan pasukan reguler di bawah komando PM Irak. Sadr juga menyerukan agar Assad segera mundur untuk menyelamatkan Suriah dari perpecahan. Iran marah Sikap politik Sadr itu membuat Iran marah. Iran selama ini dikenal pendukung kuat Presiden Assad dan memandang milisi Hashd al-Shaabi sebagai sayap militernya. Bagi Arab Saudi, sikap politik Sadr itu sesuai dengan kebijakannya di Timur Tengah.Setelah kunjungan Sadr ke Arab Saudi dan UEA, hubungan Arab Saudi dan Irak cair. Lebih dari 10 tahun hubungan kedua negara mengalami ketegangan. Arab Saudi dan Irak disinyalir berunding membangun koalisi baru yang memberi peran besar kepada Arab Saudi dalam pembangunan kembali kota Irak. Kantor Sadr di Baghdad mengungkapkan, kunjungan Sadr ke Arab Saudi dan UEA menghasilkan kesepakatan investasi dua negara kaya itu di Irak selatan yang berpenduduk mayoritas Syiah. Salah satu kesepakatan itu, Arab Saudi memberikan santunan 10 juta dollar AS kepada pengungsi korban perang di Mosul. Arab Saudi juga akan membuka konsulat di kota Najaf, Irak selatan, membuka pintu perbatasan darat Arab Saudi-Irak di Arar, dan membentuk badan koordinasi urusan perdagangan Arab Saudi-Irak. Calon haji Irak, pertengahan Agustus lalu, telah melewati pintu gerbang Arar dari Irak menuju kota Mekkah setelah hampir 10 tahun pintu gerbang itu ditutup.

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000