Para Gubernur Bank Sentral Menentang Kebijakan Trump
Oleh
Simon Saragih
·3 menit baca
Para pejabat keuangan dunia mengadakan pertemuan di Jackson Hole, Wyoming, Amerika Serikat, Sabtu (26/8). Mereka menentang secara langsung ataupun tak langsung kebijakan ekonomi Presiden Donald Trump. Jika dijalankan, kebijakan Trump bukan hanya tak memiliki manfaat, melainkan merusak perekonomian.
Gubernur Bank Sentral Eropa Mario Draghi dalam pertemuan itu mengatakan, dunia harus menentang proteksionisme sebab menghambat proses pemulihan ekonomi Barat dan mengacaukan perekonomian global. Pernyataan ini merupakan penolakan tidak langsung untuk kebijakan perdagangan Trump yang menyerang China, Korea Selatan, Jepang, Kanada, Meksiko, hingga Uni Eropa.
Draghi mengatakan, boleh saja dilakukan perbaikan dalam perdagangan internasional, tetapi kerja sama multilateral harus dipertahankan. Hanya Trump yang kukuh menentang perdagangan global, yang dia katakan telah merugikan AS. Sejarah tentang merkantilisme sudah merupakan bukti yang sangat kuat bahwa perang dagang memberikan efek destruktif.
Dalam pertemuan itu juga Gubernur Bank Sentral AS Janet Yellen langsung membidik Trump. Dia katakan, sangat bersedia jika diberikan kesempatan melanjutkan posisi sebagai Gubernur Bank Sentral AS untuk periode kedua. Jabatan periode pertama akan berakhir pada Februari 2018.
Namun, Yellen mengatakan dengan jelas, dia tidak akan setuju dengan pelonggaran peraturan di sektor keuangan. Yelen konstan menentang Trump dan kubu Republikan yang menyatakan peraturan keuangan (Dodd-Frank Act) telah mencekik sektor keuangan AS. ”Peraturan keuangan justru telah memperkuat sektor keuangan,” kata Yellen.
Dia mengingatkan krisis ekonomi besar di AS justru dipicu aksi liar sektor keuangan menjelang krisis 2008. Aksi liar yang juga menyebabkan maraknya penipuan oleh lembaga keuangan AS dan dunia.
Tidak normal
Trump oleh sebagian warga AS penentang disebut sebagai Presiden pembawa situasi ”yang tidak normal”. Hal lain yang menambah citra buruk Trump dalam perekonomian adalah rencana pengurangan pajak bagi warga kaya. Alasan Trump, pengurangan pajak akan menggerakkan perekonomian.
Studi yang dilakukan Dana Moneter Internasional (IMF) pada 2016 menunjukkan keadaan sebaliknya. ”Tidak ada efek menetes ke bawah dari kebijakan seperti itu,” demikian studi IMF. Kebijakan pengurangan pajak terhadap orang kaya justru akan semakin menaikkan ketimpangan pendapatan.
”Ketimpangan yang semakin meninggi juga berarti semakin menekan kemampuan keluarga berpendapatan lebih rendah. Padahal, di sisi lain, kemampuan keluarga berpendapatan rendah diperlukan untuk mempertahankan kesehatan ekonomi,” demikian laporan IMF.
Ketimpangan semakin menekan kemampuan warga berpendapatan rendah untuk mempercayakan diri dalam pendidikan dan lainnya.
Sejak masa kampanye pada 2016 sudah banyak opini yang menegaskan rencana ekonomi Trump tidak valid. Hanya kelompok rasis dan tidak peduli kelompok miskin yang memiliki nalar dan mendukung kebijakan Trump.
Pertemuan para gubernur bank sentral dunia kali ini juga secara tidak langsung menjadi semacam ajang kuat dan bergengsi untuk menyatakan kebijakan ekonomi Trump tidak akan berhasil. Para gubernur bank sentral melihat bahwa globalisasi adalah salah satu dasar bagi kesinambungan perekonomian.
Globalisasi ini bahkan ekstra penting untuk Barat, yang dalam sepuluh tahun terakhir tertatih-tatih memulihkan perekonomian dari krisis ekonomi paling akut di zaman modern. Pemulihan dan stabilisasi perekonomian dunia adalah misi utama para pejabat keuangan itu sehingga seakan serentak menentang kebijakan Trump.
(AFP/AP/Reuters/MON)
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.