Aung San Suu Kyi mengeluarkan pernyataan mengenai krisis di Rakhine, Myanmar. Ia menyebut telah terjadi kekeliruan informasi besar-besaran.
Oleh
A Tomy Trinugroho
·2 menit baca
DHAKA, RABU — Penasihat Negara Myanmar Aung San Suu Kyi, Rabu (6/9), akhirnya angkat bicara mengenai kekerasan di Rakhine. Namun, ia tidak mengeluarkan pernyataan yang berkaitan langung dengan peristiwa kekerasan atas warga Rohingya, tetapi menyebut bahwa ”teroris” bertanggung jawab atas ”gunung es kesalahan informasi yang begitu besar” mengenai kekerasan di Rakhine.
Suu Kyi saat ini ditekan oleh sejumlah negara terkait dengan kekerasan yang dialami warga Rohingya di Rakhine, Myanmar barat. Sebagian kalangan bahkan menilai Nobel yang diberikan kepada Suu Kyi pada 1991 sebaiknya dicabut.
Dalam pernyataan yang dipublikasikan di Facebook, Suu Kyi menyatakan, Pemerintah Myanmar sudah mulai menjaga seluruh rakyat di Rakhine dengan cara sebaik mungkin. Ia memperingatkan bahwa kekeliruan informasi yang muncul dapat merusak relasi dengan banyak negara.
Ia merujuk pada unggahan foto pembunuhan di Twitter oleh pejabat tinggi Turki. Foto ini kemudian dihapus oleh pejabat itu karena ternyata tidak terjadi di Myanmar.
”Ia (Suu Kyi) menyampaikan, informasi palsu seperti yang menimpa deputi perdama menteri (Turki) hanya merupakan puncak gunung es kekeliruan informasi yang sangat besar, yang dibuat untuk menciptakan masalah besar di antara negara-negara dan bertujuan mendukung kepentingan teroris,” demikian pernyataan di media sosial itu.
Kekerasan di Rakhine terjadi pada 12 hari lalu, yakni ketika gerilyawan Rohingya menyerang puluhan pos polisi dan sebuah pangkalan militer. Bentrokan berikutnya dan tindakan balasan militer Myanmar menyebabkan 400 orang meninggal serta memicu eksodus warga Rohingya menuju Banglades.
Pejabat Myanmar menyalahkan militan Rohingya atas kejadian pembakaran rumah dan pembunuhan warga sipil. Namun, pemantau hak asasi dan pengungsi Rohingya yang tiba di Banglades menyebut tentara Myanmar mencoba untuk mengusir mereka dengan pembunuhan dan pembakaran.
Ranjau
Dua sumber di Dhaka, Banglades, menyatakan, Myanmar telah memasang ranjau darat di perbatasan negara itu dengan Banglades selama tiga hari terakhir. Tujuan pemasangan ranjau kemungkinan mencegah pengungsi Rohingya pulang ke Myanmar.
Menurut sumber yang mengetahui langsung situasi tersebut, tetapi tak ingin namanya disebut karena isunya sangat sensitif, Banglades akan secara formal mengajukan protes atas pemasangan ranjau yang begitu dekat dengan perbatasan.
Sumber militer Myanmar membantahnya. Menurut sumber ini, ranjau dipasang sepanjang perbatasan pada 1990-an untuk mencegah pelintas batas. Militer Myanmar sejak itu berusaha mencabutnya. Menurut sumber yang sama, tidak ada lagi ranjau baru yang dipasang oleh militer Myanmar. (REUTERS)