logo Kompas.id
InternasionalPengungsi Berjuang Hidup-Mati
Iklan

Pengungsi Berjuang Hidup-Mati

Oleh
· 3 menit baca

SHAMLAPUR, SELASA — Jumlah warga etnis Rohingya yang keluar dari Negara Bagian Rakhine, Myanmar, dan menyeberang ke Banglades terus bertambah. Perjalanan mereka mengungsi seperti perjuangan antara hidup dan mati. Ranjau darat dan tembakan menghadang perjalanan mereka."Saya sangat lapar," kata Dilara Begum, salah seorang pengungsi asal Rakhine, setelah ia dan keluarga berhasil menyeberang Sungai Naf, pembatas wilayah Myanmar dan Banglades. Perempuan itu tak ingat lagi kapan terakhir keluarganya makan. Ia tak lagi mempunyai makanan. Uangnya hampir ludes setelah digunakan membayar 10.000 kyat Myanmar (sekitar 7,4 dollar AS atau Rp 98.500) per orang kepada penyelundup untuk menyeberang Sungai Naf dengan perahu dari kayu. Tidak semua pengungsi tiba di Banglades dengan selamat. Akhir pekan lalu, sedikitnya 26 orang tenggelam setelah perahu mereka terguling. Otoritas Banglades sejauh ini menemukan 53 jenazah warga etnis Rohingya di wilayah perairan, khususnya di Sungai Naf yang merupakan pembatas alam Myanmar-Banglades, dan juga perairan laut di sekitar kedua negara itu. Jumlah korban tewas sejatinya diperkirakan lebih besar mengingat jumlah pengungsi yang lebih dari 100.000 orang tiba dengan kondisi seadanya.Ada juga pengungsi mencapai Banglades dalam kondisi luka dan kehilangan salah satu kaki akibat ledakan di perbatasan. Komandan Pasukan Penjaga Perbatasan Banglades Manzurul Hasan Khan mengatakan, hal itu dialami dua anak Rohingya dalam perjalanan mengungsi. "Mereka menginjak sejenis bahan peledak pagi ini dan salah satu dari mereka kehilangan satu kaki," ujar Khan, Selasa (5/9). Ia menambahkan, Senin lalu seorang perempuan Rohingya juga kehilangan separuh dari salah satu kakinya karena ledakan. Menurut Khan, banyak dari pengungsi Rohingya itu tiba di Banglades dalam kondisi mengalami luka bekas tembakan."Kami naik ke sebuah bukit ketika aksi saling tembak itu dimulai. Militer menembaki rumah-rumah," kata Salim Ullah (28), seorang petani dari Desa Kyauk Pan Du, Myanmar. "Kami masuk ke perahu di sebuah siang. Saya pergi bersama ibu, istri, dan dua anak saya. Ada sekitar 40 orang di perahu yang kami tumpangi, termasuk 25 perempuan." Kondisi pengungsi yang sangat mengenaskan itu membuat pasukan penjaga perbatasan Banglades merasa iba. "Saya melihat perempuan menggendong bayi berusia 13 hari. Air susunya tidak keluar. Dia memberi minum bayinya dengan air yang kotor. Saya menangis melihatnya," ujar seorang anggota pasukan penjaga. Terus mengalirWarga pendatang dan asli di wilayah Shamlapur, Banglades, mengungkapkan, ratusan perahu tiba di wilayah itu sepanjang hari Senin dan Selasa kemarin terus mengalir. Jumlah penumpang perahu-perahu itu diperkirakan ribuan orang. Shamlapur adalah daerah di ujung selatan Banglades, yang berbatasan langsung dengan Myanmar. Para pengungsi itu membawa barang-barang sekenanya. Bersama anggota keluarga, mereka membawa baju, peralatan dapur, dan bahkan juga ayam-ayam piaraan mereka. PBB memperkirakan jumlah warga Rohingya yang mengungsi dari Myanmar ke Banglades sejak 25 Agustus lalu mencapai 123.600 orang. Dengan jumlah itu, warga Rohingya di Banglades kini diperkirakan 210.000 orang, termasuk mereka yang mengungsi sejak Oktober tahun lalu. Gelombang eksodus pengungsi Rohingya terakhir berlangsung sejak 25 Agustus lalu saat kelompok militan di Rakhine menyerang pos-pos polisi dan militer Myanmar. Militer Myanmar balik bersikap keras dan menggempur mereka. Puluhan warga Rohingya dan etnis lainnya di Rakhine mengungsi. Para pengungsi Rohingya yang sakit atau terluka saat tiba di Banglades dirawat dalam kondisi yang relatif seadanya. "Satu kamp pengungsi, Kutapalong, kapasitasnya sudah penuh," kata Vivian Tan, juru bicara regional lembaga di bawah PBB yang mengurusi pengungsi, UNHCR. "Kamp pengungsi di Nayapara kedatangan ratusan warga dalam sehari. Ini jelas memerlukan sumber daya. Kami berupaya semaksimal mungkin, tetapi kondisi yang ada saat ini jelas membutuhkan sumber daya lebih." (AP/AFP/REUTERS/BEN/SAM)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000