MER-C Tanda Tangani Kontrak Pembangunan RS Indonesia di Myanmar
Oleh
·2 menit baca
YANGON, RABU — Medical Emergency Rescue Committee menandatangani kontrak pembangunan Rumah Sakit Indonesia tahap kedua, Rabu (6/9), di Yangon, Myanmar. Penandatanganan dilakukan oleh Presidium MER-C Faried Thalib dan Direktur Rakhita Ah Linn Construction Kyaw Nay Oo sebagai perusahaan pemenang tender.
Rumah Sakit Indonesia berlokasi di Negara Bagian Rakhine, wilayah tinggal sebagian besar etnis Rohingya yang kini mengungsi ke Banglades akibat kekerasan yang mendera mereka. ”Ini merupakan kontrak kedua dari pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Rakhine. Tahap pertama sudah selesai dan kita sekarang akan segera bangun tahap kedua,” ujar Faried setelah acara penandatanganan kontrak.
Tempat tinggal dokter
Faried, mantan manajer proyek pembangunan RS Indonesia di Jalur Gaza, menjelaskan bahwa tahap kedua pembangunan rumah sakit meliputi pembangunan gedung tempat tinggal untuk dokter dan perawat. ”Pembangunan rumah tinggal untuk dokter dan perawat ini didahulukan. Setelah berjalan, bangunan utama akan segera dibangun secara bersamaan,” ujarnya.
”Hal ini merupakan bagian dari diplomasi kemanusiaan yang dilakukan oleh MER-C. Diharapkan, pembangunan rumah sakit ini akan memberikan manfaat kepada rakyat Myanmar yang dilanda konflik dan, yang lebih penting, membantu meredakan konflik di daerah ini,” tutur Faried.
Ia menambahkan, Indonesia, yang mayoritas penduduknya beragama Islam dan sebagian kecil warganya menganut Buddha, hendaknya bisa menjadi contoh bagi pemerintah dan rakyat Myanmar bahwa keberagaman bukan alasan untuk bertikai, melainkan justru menjadi sarana saling mengayomi satu sama lain. ”Lokasi RS Indonesia berada di antara daerah penduduk Muslim dan Buddha sehingga bisa menjadi fasilitas bagi semua penduduk di sana,” tutur Faried.
Pembangunan RS Indonesia di Rakhine merupakan bagian dari diplomasi kemanusiaan yang sudah dilakukan MER-C sejak mendirikan RS Indonesia di Jalur Gaza, Palestina. Misi pertama MER-C ke Rakhine dilakukan pada 2012 dan dilanjutkan dengan penilaian lokasi lahan RS Indonesia di Mrauk U, Agustus 2015. Saat itu, tim langsung melakukan pembelian lahan.
PMI dan Kementerian Luar Negeri RI
Pada Mei 2017, setelah tertunda selama dua tahun, pembangunan RS Indonesia resmi dimulai. Hal ini terjadi berkat prakarsa Wakil Presiden Jusuf Kalla yang memberikan dukungan positif. Kalla, yang juga Ketua Umum PMI, mengarahkan agar RS Indonesia menjadi program kerja sama antara MER-C dan PMI.
Serangkaian rapat koordinasi antara MER-C, PMI, Kementerian Luar Negeri RI, dan kementerian lainnya beberapa kali digelar di kantor Wapres dan Markas Besar PMI guna menindaklanjuti dan mempercepat pembangunan RS Indonesia. MER-C telah menunjuk tim pelaksana pembangunan RS Indonesia yang terdiri dari para relawan insinyur. Sebelumnya, mereka terlibat dalam pembangunan RS Indonesia di Jalur Gaza.
Meskipun pembangunan diserahkan kepada kontraktor lokal, MER-C akan menempatkan relawan insinyur di lapangan untuk mengawasi seluruh proses pembangunan sampai selesai. (*/ato)