SEMBURAT cahaya terang dengan pemandangan Sungai East River dan Jembatan Queensboro, Manhattan, New York, AS, menerangi ruangan berdinding luar kaca di Markas Besar PBB, Rabu (20/9). Siang itu telah terhidang sajian untuk santapan di atas beberapa meja berbentuk bundar.
”Kita berkumpul di sini untuk menggelar perayaan,” kata pembawa acara. Dalam undangan, tercantum acara ”Merayakan Para Perempuan Sukses dalam Berkontribusi bagi Pembangunan Berkelanjutan, Perdamaian, dan Keamanan”. Acara digelar Badan Perempuan PBB dan Forum Kemitraan Global.
Acara tersebut merupakan penyerahan penghargaan ”Agen Perubahan: Pejuang Kesetaraan Jender dan Pemberdayaan Perempuan” bagi lima tokoh perempuan dunia. Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi terpilih menjadi salah satu penerimanya.
Empat orang lainnya, yakni Presiden Cile Michelle Bachelet Jeria, Perdana Menteri Norwegia Erna Solberg, Menteri Luar Negeri dan Deputi Perdana Menteri Swedia Margot Wallström, dan Ketua Persatuan Perempuan Uni Emirat Arab, Sheikha Fatima bint Mubarak.
Trofi penghargaan berwarna perak mengilap itu diserahkan oleh Asisten Sekretaris Jenderal PBB/Deputi Direktur Eksekutif Badan Perempuan PBB Lakhsmi Puri. Penghargaan diberikan kepada Retno terkait dedikasi dan pengabdiannya di bidang diplomasi, yang dinilai menjadi inspirasi bagi perempuan di Indonesia dan seluruh dunia.
”Setelah bertahun-tahun mendedikasikan untuk melayani publik, dia menjadi inspirasi dan contoh model bagi para perempuan di Indonesia dan seluruh dunia. Di bawah kepemimpinannya, diplomasi Indonesia memperjuangkan persamaan gender di forum regional dan dunia,” kata Puri.
Salah satu bentuk diplomasi Retno yang dicermati, yakni keterlibatannya yang intensif dalam krisis kekerasan di Myanmar. ”Cukup jelas, dia bekerja sangat keras dan memperlihatkan bahwa dia lebih dari sekadar mampu. Dia juga menjadi sorotan di kancah regional dan dunia melalui diplomasi yang sangat sensitif di kawasan, termasuk dalam konteks Myanmar,” ujar Puri.
Di tengah padatnya acara sidang yang harus diikutinya, Retno hadir menerima penghargaan tersebut. Ia tidak menyangka bakal menerima penghargaan itu. ”Puji syukur alhamdulillah bahwa apa yang dilakukan Indonesia selama ini di bidang diplomasi kemanusiaan dan diplomasi perdamaian diperhatikan, dilihat orang, dilihat dunia,” kata Retno.
Dalam sambutan seusai menerima penghargaan, perempuan pertama menlu di Indonesia itu bercerita soal tugas dan tanggung jawabnya selaku menteri luar negeri. Ia juga mengungkapkan garis kebijakan luar negeri yang dianut Indonesia.
”Tugas saya adalah memastikan Indonesia bisa berkontribusi dalam perdamaian dunia, keamanan, dan kesejahteraan. Sudah menjadi komitmen Indonesia untuk menjadi bagian dari solusi. Indonesia akan menjadi yang terdepan menyuarakan pentingnya dialog,” kata Retno.
Tepuk tangan hadirin sesekali menyela di tengah-tengah sambutannya. ”Saya menggunakan kekuatan sebagai perempuan, dengan dialog, bukan ancaman. Saya menggunakan kekuatan sebagai perempuan untuk memelihara dialog dan menyerukan agar tidak digunakan kekuatan,” kata Retno.
Ia lantas bercerita misi dan ”diplomasi maraton” ke Myanmar dan Banglades, beberapa pekan terakhir, guna mencari jalan keluar dari krisis kekerasan di Negara Bagian Rakhine, Myanmar. Krisis ini telah mengakibatkan sekitar 400.000 warga Rohingya di Rakhine mengungsi ke Banglades.
Dalam diplomasinya ke Myanmar, ia menemui Penasihat Negara Myanmar Aung San Suu Kyi dan Panglima Angkatan Bersenjata Myanmar Jenderal Senior U Min Aung Hlaing. Adapun di Banglades, ia diterima Perdana Menteri Sheikh Hasina dan Menlu Abul Hassan Mahmood Ali.
Diplomasi maraton tersebut ditindaklanjuti dengan pengiriman bantuan kemanusiaan bagi warga Rohingya yang mengungsi ke Banglades. Pekan ini, pengiriman bantuan itu akan diperluas bagi warga di Myanmar.
”Perempuan dikarunia naluri keibuan,” kata Retno. ”Saya menggunakan naluri positif ini dalam menjalankan tugas saya sebagai menteri luar negeri. Saya yakin, semakin sering naluri keibuan itu digunakan, bakal semakin damai dunia ini.”
Seusai menyampaikan sambutan, Retno tidak bisa berlama-lama di acara perayaan itu. Ia harus meneruskan tugasnya, menjalani sidang-sidang dan pertemuan-pertemuan bilateral. Segunung tugas masih menanti Retno, yang selama di New York menginap di kantor Perwakilan Tetap RI untuk PBB, hingga Sidang Umum PBB berakhir pekan depan.
”Penghargaan ini akan melecut saya untuk bekerja lebih keras melayani rakyat dengan lebih baik demi terciptanya perdamaian global dan kesejahteraan,” kata Retno.
(Mh Samsul Hadi dan Andy Riza Hidayat dari Markas Besar PBB, New York, AS)