logo Kompas.id
Internasional80 Pertemuan dan Obat...
Iklan

80 Pertemuan dan Obat Antimasuk Angin

Oleh
· 3 menit baca

Selama seminggu, kesibukan kota New York, Amerika Serikat, terpusat di tepi East River, selat yang menghubungkan Upper New York Bay dan Long Island Sound. Tepat di First Avenue, letak Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa, diplomat dari berbagai bangsa memperjuangkan kepentingan negara dan dunia. Paling tidak 134 kepala negara (dari 193 negara anggota PBB) hadir pada sidang umum ke-72 tahun ini. Namanya juga markas PBB, macam-macam persoalan dunia dibahas di sini. Ratusan agenda digelar selama masa sidang umum hingga menguras energi dan pikiran, tidak terkecuali pemimpin delegasi Indonesia, Wakil Presiden Jusuf Kalla. Pria berusia 75 tahun ini kelelahan. Dalam satu hari, Kalla harus menghadiri 8-10 pertemuan. Pada Selasa (19/9), misalnya, pagi hari Kalla menghadiri forum tentang air, lalu mengikuti sesi debat Sidang Umum PBB, dan sore harinya bicara tentang transparansi pengelolaan pemerintahan, dilanjutkan dengan pembahasan perubahan iklim. "Di sini banyak teman, menjadi tahu masalah negara lain, dan tentunya capek," kata Kalla seusai menyampaikan pidato pada sesi debat Sidang Umum PBB, Kamis waktu setempat atau Jumat dini hari WIB. Strategi Saking padatnya, tak semua kegiatan sidang umum dapat diikuti secara penuh oleh Kalla. Hari Selasa, Kalla meninggalkan forum Open Government Partnership setelah 20 menit menghadirinya. Kalla harus menuju ruang pertemuan dialog para pemimpin dunia tentang perubahan iklim. Delegasi Indonesia kian sibuk karena juga harus menggalang dukungan bagi pencalonan Indonesia sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB. Pusat kesibukan para diplomat berada di Kantor Perwakilan Tetap RI yang berjarak sekitar 500 meter dari Markas Besar PBB. Di tempat itu, semua diplomat Indonesia menginap, termasuk Menlu Retno LP Marsudi dan Wakil Tetap RI untuk PBB Dian Triansyah Djani. Sebuah kamar di lantai enam, yang menjadi sekretariat delegasi Indonesia, sering terbuka dan diwarnai kesibukan hingga larut malam. "Bahan-bahan dan laporan harus diselesaikan hari itu juga. Tak bisa ditunda karena keesokan harinya kami sudah memasuki agenda pertemuan lain," ujar seorang diplomat.Memasuki hari keempat sidang, sebagian diplomat mulai demam dan meriang. Dalam obrolan di sela-sela sidang, Retno bercerita, dia juga kerap masuk angin saat menjalani jadwal pertemuan yang sangat padat. Tak ada resep khusus bagi Retno selain minum obat antimasuk angin atau kerokan.Retno harus menghadiri sekitar 80 pertemuan. Jumlah pertemuan ini dua kali lipat lebih banyak daripada jumlah pertemuan tahun lalu. Penambahan jumlah pertemuan itu merupakan imbas dari kerja keras Indonesia menggalang dukungan untuk menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan. Retno tidak bisa menganggap remeh setiap pertemuan, termasuk pertemuan bilateral. Sikap politik negara dapat ditentukan dalam forum kecil itu. Di sisi lain, pertemuan yang dirancang bisa batal, seperti rencana pertemuan Retno dengan salah satu menlu negara Eropa timur. Penyebabnya, negara itu tidak mendukung pencalonan Indonesia. (Andy Riza Hidayat dan Mh Samsul Hadi dari New York, Amerika Serikat)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000