logo Kompas.id
InternasionalSamudra Pasifik Diincar Jadi...
Iklan

Samudra Pasifik Diincar Jadi Lokasi Uji Bom Hidrogen

Oleh
· 2 menit baca

NEW YORK, JUMAT — Untuk membalas ancaman Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Korea Utara mempertimbangkan untuk menguji bom hidrogen di perairan Samudra Pasifik. Uji bom ini disebut Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un sebagai balasan terkeras terhadap Amerika Serikat sepanjang sejarah. Rencana uji bom hidrogen itu diutarakan Menteri Luar Negeri Korea Utara Ri Yong Ho, Jumat (22/9). "Namun, keputusan ini akan diambil pemimpin tertinggi kami," kata Ri yang berada di New York, AS, untuk mengikuti kegiatan Sidang Umum PBB. Pengamat isu Korut di Institut Korea untuk Unifikasi Nasional, Chung Sung Yoon, mengatakan kemungkinan besar Kim akan mewujudkan ancaman provokatifnya. Ada dua lokasi pengujian bom hidrogen yang mungkin akan dipilih Korut, yakni Samudra Pasifik dan Pasifik utara. Bagi Yang Uk, peneliti senior di Forum Pertahanan dan Keamanan Korea di Seoul, uji coba rudal berhulu ledak nuklir di Pasifik akan menjadi langkah akhir yang masuk akal bagi Korut karena menjadi bukti kesuksesan program persenjataan negara itu. Namun, pada saat yang sama, hal itu sangat provokatif dan berisiko besar. "Bisa jadi mereka hanya menggertak, tetapi bisa juga serius. Mereka pasti sudah mempunyai rencana. Sekarang mereka memanfaatkan pernyataan Trump sebagai alasan untuk menyerang," kata Yang. Jarang dilakukanUji rudal antarbenua berhulu ledak nuklir jarang dilakukan. Militer AS hanya sekali menguji rudal dengan nuklir yang ditembakkan dari kapal selam di Pasifik pada 1962. China juga pernah menguji rudal dan meledak di lokasi peluncuran di Lop Nur pada 1966. "Menguji rudal berhulu ledak nuklir yang jarang dilakukan saja sudah berisiko, apalagi diluncurkan ke arah daerah berpenduduk padat, seperti Jepang. Bayangkan jika rudal itu meleset," kata pengamat politik Institut Teknologi Massachusetts, Vipin Narang. Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga menyatakan, perilaku Korut tidak bisa ditoleransi. Dampak lain dari uji bom hidrogen dan nuklir itu adalah tingkat radiasi. Menurut pendiri Institut Sains dan Keamanan Internasional di Washington, David Albright, belum pernah ada yang menguji nuklir selama puluhan tahun dan yang perlu dikhawatirkan adalah radioaktifnya. Sebelum mengambil tindakan militer, AS memastikan mendahulukan diplomasi. Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson menegaskan hal itu meski situasi keamanan semakin tegang dan pemimpin AS serta Korut saling mengancam. "Diplomasi tetap yang utama, apalagi seluruh dunia sudah menjatuhkan sanksi ekonomi terkuat atas Kim Jong Un. Kita lihat saja nanti," ucap Tillerson di stasiun ABC. (REUTERS/AFP/AP/LUK)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000