logo Kompas.id
InternasionalKolera Ancam Pengungsi
Iklan

Kolera Ancam Pengungsi

Oleh
· 2 menit baca

COX\'S BAZAR, SENIN — Di tengah kondisi serba terbatas, kumuh, becek, dan kekurangan air bersih, risiko wabah kolera di kamp pengungsian sementara di Banglades meningkat. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, situasi sekarang sangat mengkhawatirkan."Intervensi sedang ditingkatkan. Bagaimanapun, situasinya tetap kritis dan menantang," ungkap WHO, Senin (25/9). Sejak arus migran Rohingya dengan deras mengalir ke Banglades sebagai ekses konflik di Maungdaw, Myanmar, 68 kamp pengungsian di kawasan Cox\'s Bazar dipadati ratusan ribu orang. Sebagian lainnya tinggal di hamparan tanah lapang atau pinggiran jalan yang becek tanpa alas dan atap. Menurut WHO, kamp dan permukiman di sepanjang perbatasan tidak memiliki fasilitas air minum serta kebersihan yang aman. Situasi itu diperparah dengan kurangnya pasokan pangan dan obat-obatan. Risiko penyebaran penyakit, khususnya kolera, kini menjadi sangat tinggi. "Inilah yang menyebabkan setiap orang khawatir," jelas WHO. 4.500 warga diareMenurut petugas kesehatan Banglades, dalam satu bulan terakhir, mereka telah merawat sekitar 4.500 warga Rohingya yang terserang diare. "Kami mencoba yang terbaik untuk menghadapi tantangan, tetapi kami tetap khawatir," ujar Enayet Hossain, Wakil Kepala Departemen Layanan Kesehatan Banglades.Pejabat Departemen Kesehatan Ukhia, Misbah Uddin Ahmed, mengatakan, para ahli dari Pusat Penelitian Penyakit Diare Banglades (ICDDRB) dan sejumlah ilmuwan telah mengunjungi kamp-kamp pengungsi untuk mengambil sampel. "Mereka akan mendirikan dua pos lapangan di sini," katanya. Pekan lalu, organisasi Dokter Tanpa Batas (MSF) menyatakan, kamp-kamp itu berada dalam ambang bencana kesehatan karena air kotor mengalir melalui gubuk-gubuk kumuh yang ditinggali migran Rohingya. Butuh bantuan kemanusiaan dalam skala besar untuk menangani ancaman penyakit di kamp.Namun, Ahmed mengatakan, kini situasi mulai membaik. Ratusan jamban dan sumur dibuat oleh pemerintah dan badan amal. Tentara yang mengambil alih pengelolaan bantuan mengatakan, penyediaan fasilitas sanitasi menjadi prioritas tertinggi untuk mencegah kondisi darurat kesehatan. Berbeda pendapatTerkait krisis Rakhine di Myanmar, ASEAN tampak terpecah. Malaysia menolak pernyataan bersama yang dikeluarkan Filipina. Menurut Malaysia, pernyataan tersebut salah mengartikan fakta tentang eksodus 430.000 warga Rohingya dari Myanmar. Malaysia menilai pernyataan bersama itu tidak mengidentifikasi Rohingya sebagai salah satu komunitas. Sebelumnya Malaysia juga mengecam kekejaman Pemerintah Myanmar. (AP/AFP/Reuters/JOS)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000