logo Kompas.id
InternasionalMerkel Mulai Jajaki...
Iklan

Merkel Mulai Jajaki Kemungkinan Koalisi

Oleh
· 2 menit baca

BERLIN, SELASA — Kanselir Jerman Angela Merkel akan segera melakukan pembicaraan dengan sejumlah partai yang kemungkinan bisa diajak berkoalisi, termasuk mitra koalisi pemerintahan sebelumnya, Partai Sosial Demokrat (SPD), yang sudah memutuskan menjadi oposisi.Hasil pemilu akhir pekan lalu menunjukkan partai Merkel, Uni Demokrat Kristen (CDU), cukup sulit untuk memilih mitra koalisi karena hanya memperoleh 33 persen suara.Jika saja SPD bersedia melakukan koalisi besar (grand coalition) seperti empat tahun terakhir, persoalan akan selesai. Namun, berhubung SPD mengambil posisi sebagai oposisi, koalisi yang mungkin terjadi adalah dengan Partai Demokratik Bebas (FDP) dan Partai Hijau. Koalisi ini dijuluki sebagai "aliansi Jamaika" karena warna gabungan ketiga partai adalah hijau, hitam, dan kuning."Kami siap untuk bertanggung jawab. Namun, meneruskan kebijakan yang sudah terjadi selama empat tahun terakhir dengan mitra koalisi baru adalah gagasan buruk," kata Ketua FDP Christian Lindner.FDP yang meraih suara 10,7 persen menolak semua rencana reformasi terkait mata uang euro, yang kini diusulkan oleh Emmanuel Macron, Presiden Perancis. Macron berencana membentuk semacam dewan anggaran bagi zona euro yang akan diawasi oleh menteri keuangan dan parlemen yang baru."Adalah penting untuk memberi peran individual kepada negara-negara Eropa dalam mengurus masalah keuangannya," kata Lindner. Namun, FDP mendukung mekanisme yang sudah berlangsung saat ini di UE seperti Bank Investasi Eropa. Meski memiliki sejumlah perbedaan signifikan, Partai Hijau dan FDP juga memiliki sejumlah kesamaan. Kedua partai misalnya menginginkan reformasi sistem pendidikan yang tidak merata di sejumlah provinsi di Jerman, antara lain dengan program internet berkecepatan tinggi. Kedua partai juga mengusung prinsip-prinsip kebebasan sipil.KhawatirMasuknya partai ekstrem kanan Alternatif untuk Jerman (AfD) ke Bundestag (parlemen) setelah meraih suara sekitar 13 persen membuat warga Yahudi di Jerman dan negara-negara lainnya khawatir. "Kita memiliki musuh di Jerman," kata Saul Oren yang pernah menjadi penghuni kamp konsentrasi di Auschwitz dan Sachsenhausen, dan kemudian pindah ke Israel tahun 1968."Apa yang terjadi di Jerman ini seperti penyakit kanker yang terus menyebar. Saya sangat terkejut," kata Berthe Badehi (86) yang berhasil bersembunyi selama masa pendudukan Nazi di Perancis.Perkembangan yang terjadi di Jerman itu menyebabkan sorotan terhadap isi pertemuan KTT Digital para pemimpin Eropa di Estonia menjadi surut. Dalam pertemuan itu, para pemimpin Eropa akan mendengarkan usulan Presiden Macron tentang reformasi zona euro dan juga penjelasan Perdana Menteri Inggris Theresa May terkait permintaan Inggris untuk periode transisi selama dua tahun pasca-Brexit.(AP/AFP/REUTERS/MYR)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000