logo Kompas.id
InternasionalPertaruhan Melalui Pemilu Sela...
Iklan

Pertaruhan Melalui Pemilu Sela Dimulai

Oleh
· 3 menit baca

TOKYO, KAMIS — Sehubungan dengan rencana pemilu sela, Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe membubarkan parlemen, Kamis (28/9). Ini berarti kampanye pemilihan sela dimulai. Pertaruhan Abe untuk mempertahankan kekuasaan dan meraih dukungan rakyat akan menghadapi tantangan berat dari partai baru Gubernur Tokyo Yurike Koike, Partai Harapan. Pemungutan suara pemilu sela ini akan diselenggarakan pada 22 Oktober. "Pertarungan berat dimulai hari ini. Pemilu ini untuk melindungi rakyat. Kita harus bekerja sama dengan dunia untuk menghadapi ancaman dari Korea Utara," kata Abe. Seperti telah diduga sebelumnya, Abe memanfaatkan isu krisis nuklir Korut untuk menggalang dukungan dan mempertahankan kekuasaan. Hal ini diakui sendiri oleh Abe yang meminta dukungan rakyat dalam menjalankan diplomasi terhadap pemimpin rezim Korut, Kim Jong Un. Bagi Jepang, krisis ini genting, apalagi karena Kim sudah dua kali mengancam akan menenggelamkan Jepang dan menembakkan rudal ke arah Pulau Hokkaido. "Kita harus memperjuangkan masa depan anak-anak kita," kata Abe kepada wartawan. Keputusan Abe membubarkan parlemen ini dianggap upaya untuk menggalang kembali kekuatan dan solidaritas internal Partai Demokrat Liberal (LDP) yang renggang akibat skandal. Kemenangan LDP pada pemilu sela ini akan membuka jalan Abe agar terpilih kembali sebagai pemimpin partai pada September 2018. Langkah Abe ini berisiko, tetapi menurut para pengamat harus dilaksanakan sekarang. Hal ini karena kondisi kelompok oposisi terbesar, Partai Demokrat, saat ini sedang kacau. Adapun Partai Harapan tidak akan sempat memilih calon kandidat dan merencanakan strategi kampanye pemilu. Namun, tetap saja popularitas partai baru ini menjadi ancaman Abe dan LDP. Meski tidak akan mengalahkan Abe dan LDP, partai baru itu paling tidak bisa sedikit menggoyang LDP. Angin perubahanKeikutsertaan Partai Harapan pada pemilu sela ini, bagi Jeff Kingston, pengamat politik Jepang di Temple University Kampus Jepang di Tokyo, menjadi pengubah permainan dan kabar buruk bagi Abe. "Koike tak perlu harus menang, paling tidak bisa mengganggu. Kalau bisa menang, Abe harus keluar," ujarnya. Koike menyatakan tidak akan mencalonkan diri dalam pemilu sela ini karena hendak memusatkan perhatian pada Tokyo yang akan menjadi tuan rumah Olimpiade 2020. "Perhatian dan energi saya curahkan pada Tokyo. Memimpin Tokyo menjadi keuntungan bagi Jepang," ujarnya. Namun, Koike bisa saja mengambil risiko ikut mengincar kursi parlemen dan meninggalkan posisi gubernur setelah satu tahun memimpin. "Kalau begitu, pemilih akan merasa dikhianati karena mereka pilih Koike untuk posisi gubernur. Sekarang malah masuk ke politik nasional," kata pengamat politik di Seikei University, Kensuke Takayasu. Partai Demokrat memutuskan tidak mengajukan kandidat dan bergabung dengan partai Koike karena banyak anggota partai yang berpindah ke partai Koike. "Apa pun akan kami lakukan untuk menggeser Abe," ujar Ketua Partai Demokrat Seiji Maehara. (REUTERS/AFP/AP/LUK)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000