Dibutuhkan Dana 434 Juta Dollar AS untuk Bantuan bagi Pengungsi Rohingya
Oleh
·2 menit baca
COX’S BAZAR Selama enam bulan ke depan, setidaknya dibutuhkan 434 juta dollar AS atau Rp 5,8 triliun untuk membantu 1,2 juta orang di kamp-kamp pengungsi Banglades. Robert Watkins, koordinator misi kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa di Banglades, Rabu (4/10), mengatakan, migran Rohingya di Cox’s Bazar sangat rentan.
”Banyak di antara mereka mengalami trauma parah dan sekarang hidup dalam kondisi yang sangat sulit,” kata Watkins. Namun, bantuan itu tidak hanya ditujukan bagi migran Rohingya. Sejumlah warga Banglades di sekitar kamp-kamp pengungsi juga akan mendapat bantuan.
Setidaknya ada 809.000 migran Rohingya di wilayah Cox’s Bazar. Lebih dari 500.000 orang merupakan migran baru yang datang setelah konflik meletus di Maungdaw pada 25 Agustus. Mereka bergabung dengan lebih dari 300.000 migran Rohingya lain yang datang sebelumnya.
Watkins memperkirakan, 91.000 migran baru akan kembali mengalir ke Banglades. ”Bantuan ini akan menargetkan 1,2 juta orang, termasuk semua pengungsi Rohingya dan 300.000 warga Banglades,” katanya.
Lebih dari separuh jumlah migran itu adalah anak-anak. Di antara mereka juga terdapat 24.000 ibu hamil yang memerlukan perawatan, termasuk perawatan setelah bersalin.
Misi kemanusiaan PBB menyampaikan, skala bantuan perlu ditingkatkan dan bersifat segera karena dibutuhkan untuk menyelamatkan nyawa migran. ”Tanpa air, sanitasi, dan layanan kebersihan yang tepat, akan ada wabah penyakit,” ungkap misi itu.
Vaksin
Di Gevena, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) akan mengirim 900.000 dosis vaksin kolera ke Banglades, Jumat besok. Vaksin itu digunakan untuk mencegah merebaknya wabah kolera di kamp pengungsi.
Sementara itu, Komite PBB untuk Hak Perempuan dan Anak-anak mendesak otoritas Myanmar menghentikan kekerasan. Mereka sangat khawatir tentang nasib dan pemenuhan hak dasar perempuan dan anak-anak Rohingya.
Seorang migran yang tiba di Banglades pada Senin malam, Rashida Begum, mengatakan, warga di kampungnya diusir pergi oleh tentara. ”Mereka mengatakan tidak akan menyakiti kami, tetapi akhirnya mereka mengusir kami dan membakar rumah kami,” kata Rashida.