logo Kompas.id
InternasionalPM Hun Sen Kembali Mengecam AS
Iklan

PM Hun Sen Kembali Mengecam AS

Oleh
· 3 menit baca

PHNOM PENH, RABU — Perdana Menteri Kamboja Hun Sen, Rabu (11/10), menyampaikan kecaman terbarunya kepada Amerika Serikat. Kecaman itu muncul seminggu setelah seorang tokoh oposisi meninggalkan Kamboja karena mengkhawatirkan tindakan keras pemerintah terhadap para pengkritik menjelang pelaksanaan pemilihan umum tahun depan.Hun Sen, yang telah memerintah lebih dari 30 tahun dan tak menunjukkan tanda-tanda ingin menyerahkan kekuasaan, sudah menutup beberapa media berbahasa Inggris. Ia juga memenjarakan pengkritik, termasuk pemimpin oposisi Kem Sokha.Dalam kecaman terbarunya itu, Hun Sen menyatakan, beberapa bom baru saja ditemukan di sembilan lokasi di Provinsi Svay Rieng, Kamboja tenggara. Bom- bom tersebut dijatuhkan oleh militer AS selama perang Vietnam. Hal tersebut disampaikan Hun Sen di hadapan pekerja pabrik garmen yang mengekspor sebagian besar produksinya ke AS. "Bom-bom yang dijatuhkan ke Kamboja ini milik AS," ujar Hun Sen. Pernyataan ini muncul di tengah perseteruan yang memanas gara-gara tuduhan Hun Sen bahwa agen AS berkonspirasi dengan Kem Sokha untuk menggulingkan pemerintah.Hun Sen mengecam AS menerapkan standar ganda. Menurut dia, negara itu mengkritik cara Hun Sen menangani kasus Kem Sokha, tetapi AS sama sekali tak menunjukkan rasa hormat terhadap hak asasi manusia saat menjatuhkan bom-bom di Kamboja dalam perang Vietnam (1955-1975).Menurut Kelompok Penasihat Ranjau, Kamboja termasuk negara yang memiliki paling banyak sisa ranjau yang belum meledak. Organisasi ini membantu menemukan dan menghancurkan ranjau-ranjau yang tidak meledak pada masa perang. Ranjau-ranjau yang belum meledak itu menyebabkan kematian dan melukai rata-rata dua warga setiap minggu.Kedutaan Besar AS di Phnom Penh tak segera memenuhi permintaan wartawan untuk mengomentari apa yang disampaikan Hun Sen, Rabu.Pembubaran partaiPekan lalu, Pemerintah Kamboja melakukan upaya hukum untuk membubarkan kekuatan oposisi, Partai Penyelamat Nasional Kamboja (CNRP). Langkah ini dinilai akan membantu Hun Sen memperpanjang kekuasaannya dalam pemilu 2018. Menurut Hun Sen, partai lain siap menggantikan CNRP setelah dibubarkan. "Jika satu partai dibubarkan, lima partai lain akan menggantikannya," katanya. Negara-negara Barat mengecam penangkapan Kem Sokha. Mereka juga menyangsikan apakah pemilu Kamboja akan berlangsung adil setelah pemerintah bertindak represif terhadap tokoh oposisi, aktivis, dan wartawan.Duta Besar AS untuk Kamboja William Heidt, bulan lalu, menolak tuduhan bahwa AS melakukan campur tangan. Dubes AS juga mendesak pembebasan Kem Sokha yang menghadapi ancaman hukuman 30 tahun penjara jika terbukti bersalah.Setengah dari para anggota parlemen yang berasal dari kubu oposisi Kamboja telah meninggalkan negara itu, termasuk Wakil Ketua Parlemen Mu Sochua. (REUTERS/AP/LOK)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000