Tuan rumah pertemuan puncak APEC 2017 adalah Vietnam. Momen pertemuan puncak Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik menjadi perhatian besar negara. Presiden Vietnam Tran Dai Quang sejak dini ingin memastikan pertemuan di Da Nang, 8-10 November, tersuguh sangat indah.
Presiden Vietnam secara khusus sudah mengadakan pertemuan dengan para petinggi negara terkait upaya menyukseskan pertemuan, seperti diberitakan Nhan Dan, harian milik Partai Komunis Vietnam, 14 September 2017. Semua pihak ditekankan agar terlibat aktif dan maksimal memanfaatkan momentum pertemuan puncak yang dihadiri para pemimpin semua negara anggota, termasuk Presiden AS Donald Trump.
Pihak-pihak terkait harus memastikan konten dan penyelenggaraan APEC sangat bagus, sekaligus menciptakan impresi yang baik bagi sahabat internasional. Presiden Vietnam menekankan bahwa pertemuan APEC ini menjadi salah satu basis penting untuk implementasi integrasi Vietnam ke dunia internasional yang komprehensif dan efektif, serta menjadikan APEC sebagai sarana perbaikan hubungan multilateral.
APEC Vietnam 2017 menjadi ajang pertama para pemimpin APEC sejak Trump terpilih sebagai Presiden AS. Oleh karena itu, semua pihak di Vietnam dituntut menampilkan citra Vietnam yang dinamis, ramah, dan bersahabat. Keamanan pun menjadi perhatian Presiden. Vietnam sungguh cerdik memanfaatkan pertemuan sebagai promosi langsung karena ribuan pejabat APEC akan hadir, demikian pula pebisnis. Vietnam dilihat dari dekat dan indah, itulah ambisi Vietnam dalam kesempatan ini.
APEC memang kini menjadi ekstra penting di tengah memudarnya pamor lembaga multilateral. APEC sekarang menjadi salah satu ajang pertemuan bagi para pemimpin yang berseberangan ide tentang globalisasi. Barry Sterland, think-tank tamu asal Australia di Global Economy and Development, Brookings Institution (AS), menegaskan, APEC ekstra penting. Dia menyarankan Australia untuk terlibat aktif di dalamnya.
Globalisasi sekarang menjadi pertanyaan, terutama oleh Presiden AS Donald Trump. Sebenarnya gugatan Trump muncul juga karena pemudaran ekonomi Barat, termasuk AS. Namun, Asia Pasifik sedang berada di masa puncak keemasannya.
Berdasarkan data dari Sekretariat APEC, pertumbuhan produksi domestik bruto negara-negara anggota APEC melebihi rata-rata pertumbuhan ekonomi belahan dunia manapun. Maka, AS pun tidak akan bisa melewatkan kesempatan untuk hadir di APEC, sebuah lembaga yang mendorong regionalisme walau tidak mengikat negara-negara anggota.
Begitu luas kesempatan bagi APEC untuk bertumbuh, termasuk mendorong konektivitas, seperti ditekankan Perdana Menteri Papua Niugini Justin Tkatchenko. Pengembangan transportasi sekaligus akan mendorong pertumbuhan dan semakin melancarkan pertumbuhan itu sendiri.
Hanya saja, APEC tidak menjamin kemakmuran bagi anggotanya. Ini tergantung pada keagresifan negara-negara anggota, yang sebanyak 21 negara atau teritori. Salah satu yang agresif adalah Vietnam, yang juga salah satu bintang dalam tujuan investasi global.
Pembangunan infrastruktur, visi pemerintah yang mengintegrasikan Vietnam dengan perekonomian dunia, akan menjadikan Vietnam sebagai salah satu negara yang meraih manfaat APEC. Stabilitas politik domestik Vietnam tidak pelak lagi akan membuat negara ini benar-benar bisa memanfaatkan investasi asal APEC serta dunia. Ini akan memakmurkan 84 juta warganya, yang sekian lama sempat menderita akibat perang. (AP/AFP/REUTERS)