Barat membenci sistem politik China. Mereka menilai Presiden Xi Jinping bertangan besi, meniru para pendahulu. Hal ini diungkap The Economist, 12 Oktober. Namun, Barat berduyun-duyun berbisnis di China untuk meraih untung. Berlomba-lomba pula pemimpin Eropa meneken kemitraan ekonomi dengan China.
Ekonomi berbasis manufaktur tujuan ekspor menjadi penggerak perekonomian. Itulah andalan China, mulai dari Presiden Deng Xiao Ping, Jiang Zemin, dan Hu Jintao. Presiden Xi Jinping tidak mengubah pola itu, tetapi memodifikasinya. Dia menguatkan dan melanjutkan yang sudah mulai terjadi di era Presiden Hu.
Bedanya, di bawah Xi, pembangunan China terlihat semakin berbentuk. China lebih menekankan pengejaran teknologi buatan domestik, menjaring talenta terbaik dunia, menempa talenta domestik, hingga ke pencurian teknologi lewat mata-mata bisnis.
Pesawat sipil buatan China, C-919, sudah melakukan penerbangan perdana pada awal 2017. Teknologi komunikasi, termasuk telepon seluler, semakin maju. ”Ada perubahan fundamental setelah sumber daya dikerahkan pemerintah,” kata Pemimpin Eksekutif Spreadtrum Communications Li Liyou dikutip The Straits Times, 19 Oktober.
Data IC Insights menyatakan, 11 perusahaan China masuk dalam 50 besar perancang sirkuit terintegrasi (IC) global, produk terkait teknologi informasi. Pada 2009, hanya satu perusahaan China masuk daftar global. ”Kita mengubah sektor industri China ke level menengah tinggi, mendorong manufaktur kelas dunia,” ucap Xi, Rabu.
Mengurangi ketimpangan
Di balik itu, Presiden Hu pernah merasakan ancaman keresahan sosial. Maka, ia mendorong kelanggengan Partai Komunis lewat keadilan ekonomi. Xi melanjutkannya, dengan mendorong pembangunan di pedalaman. Jutaan warga desa beralih bekerja di sektor industri.
Yu Zu\'en (84), veteran Perang Korea, mengatakan, jika bukan karena Presiden Xi, hidupnya tak akan berubah. Yu bangga dengan huniannya di apartemen di Provinsi Guizhou.
Program pemerataan, pembangunan pedesaan membutuhkan anggaran pemerintah. Seringkali ada korupsi dan kolusi antara pejabat dan pengusaha, yang menggusur rakyat tanpa ganti rugi. Xi tegas menghukum pejabat korup. Ada lebih dari 1 juta pejabat partai yang telah dihukum karena melakukan korupsi.
Xi mendorong korporasi berinvestasi ke luar negeri untuk menjadi agen pembangunan global. Pengembangan Jalur Sutra diperkuat. Tentu dunia curiga, hal sebagai ini upaya China melakukan hegemoni. Xi lalu menawarkan diplomasi dengan cara bersahaja. Dia hadir pada Forum Ekonomi Dunia, awal 2017, di Swiss, untuk menawarkan China yang menekankan kolaborasi.
Cari ucapan Presiden Xi yang kasar terhadap AS, tidak ada. Cari ucapan Presiden AS Donald Trump yang menyebut China memerkosa lapangan kerja di AS, ada banyak. Xi sungguh pemimpin istimewa yang paham menjalankan roda pembangunan. “China di sisi lain menjadi model yang bagus bagi banyak negara lain soal perekonomian,” kata Rana Mitter, Direktur University of Oxford China Centre. (Reuters/AP/AFP).
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.