ISTANBUL, KOMPAS — Pemerintah Indonesia dan Turki sepakat membentuk lembaga tinggi untuk mempererat kerja sama ekonomi. Pembentukan lembaga ini dimaksudkan mempercepat realisasi kerja sama kedua pihak. Sejalan dengan itu, kedua negara akan menempatkan pejabat yang lebih tinggi duduk di lembaga yang dimaksud.
Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan, kesepakatan ini merupakan babak baru kerja sama ekonomi Indonesia-Turki. "High Council perlu dibentuk agar dapat mengambil keputusan dengan cepat. Selama ini kerja sama dua negara ditangani di level menteri terkait," kata Kalla dalam perjalanan dari Istanbul, Turki, menuju Madinah, Arab Saudi, seperti dilaporkan wartawan Kompas, Andy Riza Hidayat, Sabtu (21/10).
Pada lembaga tinggi yang dimaksud, Pemerintah RI akan menempatkan pejabat setingkat menteri koordinator pihak Indonesia dan pejabat level perdana menteri dari pihak Turki. Fokus kerja lembaga ini adalah meningkatkan volume perdagangan dan investasi. "Kerja sama perlu diperluas. Potensi ke arah sana sangat terbuka sehingga saling menguntungkan kedua pihak," ujar Kalla.
Selama ini, volume ekspor Indonesia ke Turki lebih besar daripada impor atau Indonesia mengalami surplus. Nilai perdagangan kedua negara, kata Kalla, sekitar 1,5 miliar dollar AS. Dari nilai itu, 1,2 miliar dollar AS di antaranya merupakan nilai ekspor produk Indonesia ke Turki. "Mereka menginginkan adanya keseimbangan," kata Kalla.
Sementara kerja sama yang sudah berjalan di antaranya kerja sama di bidang energi dan produk alat pertahanan. Salah satu wujud kerja sama ini adalah penggunaan kapal pembangkit listrik tenaga diesel.
Untuk masa depan, Turki menawarkan kerja sama di bidang pertanian dan perkebunan. "Mereka memiliki teknologi yang bagus di sektor itu," kata Kalla.
Kesepakatan adanya peningkatan kerja sama terjadi saat pertemuan antara Wapres Jusuf Kalla dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di Istana Mabeyn, Dolmabache Istanbul, Jumat sore, atau malam waktu Indonesia. Pertemuan yang berlangsung hangat selayaknya pertemuan dua sahabat lama. Setibanya di Istana Kepresidenan, Erdogan langsung menyapa Kalla, "Bagaimana kabarmu, saudaraku."
Erdogan kemudian memegang tangan Kalla lalu menuntunnya di kursi tempat pertemuan. Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi yang mendampingi Kalla terkesan dengan peristiwa itu. Menurut Retno, pertemuan itu berlangsung akrab, seperti pertemuan dua sahabat lama. Meskipun ada hal-hal resmi selama pembicaraan, suasana yang terwujud adalah suasana kekeluargaan.
Mengenai pertemanan ini, Kalla mengaku sudah lama berteman dengan Erdogan sebelum dirinya menjabat Wakil Presiden. Pertemuan terakhir Kalla dengan Erdogan terjadi saat forum Konferensi Tingkat Tinggi Organisasi Kerja Sama Islam di Kazakhstan dan dilanjutkan bertemu lagi di forum Sidang Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, September, di New York, Amerika Serikat.
Erdogan juga memegang tangan Kalla saat berada di Washington DC, AS, tahun 2016. Ketika itu, di sela-sela KTT Keamanan Nuklir, Kalla menghadiri peresmian masjid yang dibangun masyarakat Turki di AS.