Merkel Jajaki Koalisi dengan Partai Hijau dan FDP untuk Bentuk Pemerintahan
Oleh
MYRNA RATNA
·3 menit baca
BERLIN, RABU — Kanselir Jerman Angela Merkel dengan partainya, Uni Demokratik Kristen/Uni Sosial Kristen atau CDU/CSU, mulai bernegosiasi dengan Partai Hijau dan Partai Demokrat Bebas (FDP) untuk membentuk pemerintahan koalisi. Ketiga partai ini, Rabu (25/10), membicarakan kebijakan anggaran dan berhasil mencapai titik temu.
Partai Hijau yang condong ke kiri dan FDP yang probisnis sepakat melanjutkan ”warisan” kebijakan fiskal yang ditinggalkan menteri keuangan Jerman terdahulu, Wolfgang Schaeuble.
Ketiga partai sepakat menginginkan anggaran yang ”seimbang” di tingkat federal selama empat tahun pemerintahan. Mereka juga sepakat untuk melanjutkan kebijakan Jerman ”tanpa utang”.
Di bawah Schaeuble, yang Selasa lalu terpilih sebagai ketua parlemen, Jerman berhasil mencapai anggaran seimbang selama tiga tahun berturut-turut. Namun, tak sedikit kritik yang diarahkan kepada Schaeuble saat itu karena kebijakan tersebut membuat Jerman tidak cukup berinvestasi di masa depan.
Dengan kesepakatan itu, koalisi ini akan mengikuti kebijakan yang disebut ”rem utang” untuk anggaran publik, seperti saat terjadi krisis keuangan 2007-2008.
Langkah ini akan mengecewakan mitra Jerman di Uni Eropa, khususnya Perancis, dan juga institusi seperti Dana Moneter Internasional (IMF) yang sejak lama mendesak Jerman untuk lebih longgar dalam membelanjakan anggarannya dan lebih banyak berinvestasi untuk mendorong pemulihan zona euro.
Tolak ide Macron
Konsekuensinya, dukungan yang diharapkan oleh Presiden Perancis Emmanuel Macron dari mitra terkuatnya di Uni Eropa itu kemungkinan kandas.
Macron beberapa waktu lalu mengusulkan gagasan untuk membentuk anggaran terpisah bagi zona euro dalam jumlah ratusan miliar euro guna mendukung mata uang euro kala terjadi guncangan.
”Tak ada satu pun partai yang hadir dalam pertemuan itu mendukung ’anggaran zona euro’. Kami, Partai Hijau, mendukung cara untuk mendorong investasi dalam bidang infrastruktur dalam kerangka anggaran UE saat ini. Kami tetap mendukung keinginan Macron untuk meningkatkan investasi,” kata Richard Buetikofer, anggota Parlemen Eropa.
Peter Tauber, Sekjen CDU, mengaku ”sangat puas” dengan hasil negosiasi itu. ”Ini malam yang sangat baik,” kata Tauber.
Meskipun partainya menang dalam pemilu, akhir September lalu, Angela Merkel—yang menjadi kanselir keempat kalinya— harus menelan pil pahit karena partai ekstrem kanan, Alternatif untuk Jerman (AfD), berhasil masuk ke parlemen nasional dengan meraih 90 kursi dan menjadi kekuatan politik ketiga terbesar di Jerman.
Situasi menjadi kompleks karena Partai Sosialis Demokrat (SPD), yang menjadi mitra koalisi dalam pemerintahan lalu, menyatakan akan menjadi oposisi. Akibatnya, Merkel harus mencari mitra koalisi partai-partai kecil.
Koalisi tiga partai belum pernah terjadi sebelumnya. Koalisi ini pun rentan mengalami perpecahan karena ketiga partai memiliki kerangka kerja yang berbeda. Namun, tekanan yang besar dari masyarakat untuk membentuk pemerintahan membuat setiap partai bersedia berkompromi.
Partai Hijau, misalnya, yang sebelumnya menolak keras kebijakan ”anggaran seimbang” akhirnya berkompromi dengan imbalan adanya kebijakan subsidi bagi rumah tangga yang menjalankan efisiensi energi. (AP/AFP/REUTERS)
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.