Pengunduran Diri PM Hariri Membawa Lebanon ke Jurang Krisis Politik
Oleh
MH SAMSUL HADI
·3 menit baca
BEIRUT, MINGGU -- Perdana Menteri Lebanon, Saad al-Hariri, secara mengejutkan mengundurkan diri dari jabatannya, Sabtu (4/11), karena ia mencium ada upaya pembunuhan dirinya. Pengunduran Hariri membuat pemerintah koalisi di Lebanon bubar dan membawa negeri itu memasuki krisis politik.
Mengutip sumber-sumber yang dekat dengan Hariri, koran Arab Saudi, Asharq al-Awsat, menyebutkan, badan-badan intelijen Barat telah memperingatkan Hariri tentang upaya pembunuhan dirinya. "(Sumber-sumber itu) mengungkapkan, dia menerima peringatan dari Barat soal adanya upaya pembunuhan menarget dirinya," tulis Asharq al-Awsat.
Kepala Keamanan Umum Lebanon Mayor Jenderal Abbas Ibrahim mengatakan, ia tidak memiliki informasi tentang upaya pembunuhan terhadap tokoh-tokoh politik di Lebanon. Militer Lebanon juga menyatakan, tidak mendapat informasi serupa.
Sabtu lalu, saluran televisi Arab Saudi, al-Arabiya al-Hadath, satu grup media dengan Asharq al-Awsat, merilis laporan bahwa upaya pembunuhan Hariri telah digagalkan di Beirut, beberapa hari sebelumnya. Menteri Urusan Teluk di Kerajaan Arab Saudi, Thamer al-Sabhan, dalam wawancara televisi mengatakan, pengawal pribadi Hariri "mengkonfirmasi informasi" tentang upaya pembunuhan Hariri.
Saat mengumumkan pengunduran dirinya, Sabtu lalu, Hariri menyebutkan, suasana di Lebanon saat ini menyerupai saat-saat pembunuhan ayahnya yang waktu itu juga menjabat perdana menteri, Rafik al-Hariri, tahun 2005. Ia juga mengkritik peran Iran dan mitranya di Lebanon, Hezbollah, di negerinya dan negara-negara Arab lainnya.
"Kami hidup dalam suasana mirip dengan atmosfer yang berlangsung sebelum pembunuhan martir Rafik al-Hariri. Saya merasakan sesuatu yang diam-diam dirancang untuk menarget nyama saya," kata Hariri, yang dekat dengan Arab Saudi.
Rafik al-Hariri tewas dalam serangan bom di Beirut tahun 2005. Pengadilan yang didukung PBB mendakwa lima anggota Hezbollah dalam kasus tersebut. Hezbollah membantah keterlibatan mereka.
Hariri pergi ke Riyadh, Arab Saudi, Jumat, dan tidak kembali lagi ke Lebanon. Sebelum terbang ke Riyadh, ia bertemu dengan Ali Akbar Velayati, penasihat utama Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, di Beirut. Setelah pertemuan, Velayati melukiskan koalisi Hariri sebagai "sebuah kemenangan" dan "sukses besar".
Koalisi Hariri, yang memerintah sejak tahun lalu, menggabungkan hampir seluruh partai utama di Lebanon, termasuk Hezbollah. Terbentuknya koalisi itu merupakan bagian dari kesepakatan politik yang mengantarkan Michel Aoun, mitra Hezbollah, sebagai Presiden Lebanon. Kesepakatan itu dianggap sebagai kemenangan Iran.
Pengunduran diri Hariri diumumkan dari Arab Saudi, rival utama Iran, melalui pernyataan yang disiarkan televisi. Asharq al-Awsat melaporkan, diperkirakan Hariri akan tetap berada di luar Lebanon demi pertimbangan keamanan.
Sumber-sumber kepresidenan Lebanon mengatakan, Presiden Michel Aoun akan menunggu untuk menerima atau menolak pengunduran diri Hariri hingga Hariri tiba kembali di Lebanon. Aoun ingin mendengarkan alasan pengunduran dirinya.
Terkait situasi di Lebanon, Minggu sore, Kementerian Bahrain memerintahkan seluruh warga negaranya di Lebanon agar segera meninggalkan negara itu. Mereka juga melarang warga Bahrain pergi Lebanon. Negara Teluk mitra Arab Saudi itu menyebut alasan campur tangan Iran di Lebanon dan di kawasan.
(AP/AFP/REUTERS)
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.