JAKARTA, KOMPAS — Amerika Serikat menginginkan China menghapus hambatan investasi. Langkah penghapusan itu dinyatakan sebagai bentuk keadilan dalam hubungan antara AS dan China.
Duta Besar AS di Beijing Terry Branstad mengatakan, Presiden AS Donald Trump menyampaikan permintaan tersebut kepada Presiden China Xi Jinping. Dalam pertemuan dengan Xi di Beijing, Trump menyatakan perusahaan-perusahaan China telah bebas berinvestasi. ”Sebaliknya, perusahaan-perusahaan AS susah berinvestasi dan berusaha di China,” ujar Brandstad, Jumat (10/11), dalam telekonferensi dari Beijing. Telekonferensi itu diikuti wartawan dari sejumlah negara.
Kemudahan berinvestasi itu menjadi perhatian Trump. Bahkan, Trump lebih banyak membahas topik itu dengan Xi. Sebelum muhibah ke China, Trump berkali-kali mengeluhkan defisit 347 miliar dollar AS yang ditanggung Washington dalam hubungan perdagangan dengan China.
Branstad mengatakan, AS sebenarnya tidak hanya membahas China. AS menginginkan hubungan ekonomi yang adil dengan mitra-mitranya yang lain. ”Asia Pasifik adalah kawasan yang terus bertumbuh dan AS ingin memastikan kepentingan-kepentingannya terakomodasi dengan baik,” ujarnya.
Oleh karena itu, AS terus menegosiasikan perjanjian-perjanjian dagang bilateral. Dalam kunjungan ke China, Trump-Xi menyaksikan penandatanganan sejumlah kerja sama dengan nilai total 253 miliar dollar AS atau Rp 3.360 triliun. Nilai itu membuat Trump menjadi presiden AS yang menghasilkan kesepakatan dagang terbesar saat kunjungan ke China.
Kontrak-kontrak itu antara lain proyek migas di Alaska, AS, senilai 45 miliar dollar AS dan di Virginia senilai 83,7 miliar dollar AS. Proyek di Alaska dinyatakan akan menghasilkan lapangan pekerjaan bagi 12.000 orang.
Selain industri migas, sektor manufaktur AS juga kecipratan uang dari China. Boeing akan menjual ratusan pesawat senilai 37 miliar dollar AS. Adapun General Electric akan mengekspor mesin pesawat senilai total 2,5 miliar dollar AS.
Qualcomm juga ikut mendapat kontrak prosesor ponsel senilai 12 miliar dollar AS. Ford Motor akan mengekspor kendaraan dan suku cadang senilai 9,5 miliar dollar AS dalam tiga tahun. Adapun General Motor mendapat kontrak 2,2 miliar dollar AS.
China juga membeli daging dan kedelai AS dengan nilai total 6,5 miliar dollar AS. Daging menurut rencana akan dipasarkan secara daring oleh salah satu perusahaan penjualan daring China, JD.com.