logo Kompas.id
InternasionalOrganisasi D-8 Tidak Mau "Mati...
Iklan

Organisasi D-8 Tidak Mau "Mati Suri" Lagi

Oleh
· 3 menit baca

Jamal, 51 tahun, perajin dan pedagang kilim (kain tradisional Turki), asyik bekerja di tengah keramaian pengunjung di Taksim Square, Istanbul, Turki, 21 Oktober lalu. Pada malam itu, sejumlah anggota delegasi KTT D-8 berjalan-jalan ke kawasan ini. Organisasi D-8, yang didirikan pada 1997 atau 20 tahun lalu, adalah organisasi kerja sama ekonomi yang beranggotakan Indonesia, Malaysia, Turki, Pakistan, Bangladesh, Mesir, Iran, dan Nigeria. Jamal mengira kedatangan para pejabat sejumlah negara ke Taksim Square terkait pertemuan Organisasi Kerja Sama Islam (OKI). Ketidaktahuan Jamal bisa dipahami karena KTT D-8 kurang terkenal dibanding forum OKI. "Saya tahu ada banyak tamu datang, tetapi tidak tahu mereka sedang apa," ucapnya.Pada dua dekade awal usianya, D-8 banyak membicarakan aturan main dan membuat komitmen kerja sama. Memasuki dekade ketiga, anggotanya mulai berusaha merealisasikan semua kesepakatan yang telah dibuat, termasuk oleh delegasi Indonesia yang dipimpin Wakil Presiden Jusuf Kalla. Tuan rumah konferensi, yakni Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan juga menyinggung pentingnya fase implementasi. "Dua dekade lalu, D-8 didirikan dengan nilai-nilai dan prinsip untuk memperkuat kerja sama ekonomi sesama anggotanya," kata Erdogan saat menutup KTT D-8 di Istanbul, 20 Oktober. KTT D-8 kali ini menghasilkan Deklarasi Istanbul dan Dokumen Rencana Aksi. Selain itu, disepakati pula Dato\' Ku Jaafar Shaari asal Malaysia sebagai Sekretaris Jenderal D-8 untuk menggantikan Seyed Ali Mohammad Mousavi asal Iran.Dalam Dokumen Rencana Aksi, ada 14 butir yang harus dilakukan anggota D-8, antara lain ratifikasi kesepakatan Istanbul, penguatan kerja sama energi, pariwisata, industri, perdagangan, dan transportasi. D-8 juga memperluas area kerja sama di bidang kesehatan, investasi, pendidikan, ilmu pendidikan dan teknologi, keuangan, serta teknologi informasi. Seusai KTT, Wapres Jusuf Kalla menggelar pertemuan dengan Presiden Turki di Istanbul. Lewat pertemuan ini, Indonesia mendorong D-8 agar tak lagi berkutat pada wacana, tetapi masuk ke hal yang lebih konkret. Hasilnya, RI dan Turki sepakat membentuk sebuah lembaga tinggi untuk mempererat kerja sama kedua negara. Di lembaga itu, Turki dan Indonesia akan menempatkan pejabat tinggi. "High Council dibentuk agar dapat diambil keputusan secara cepat. Selama ini, kerja sama dua negara ditangani di level menteri terkait," ujar Kalla. Pertemuan itu selaras dengan hasil KTT D-8, yaitu semua anggotanya sepakat untuk merealisasikan kesepakatan kerja samanya. Langkah ini, menurut Kalla, juga bagian dari upaya untuk mengembalikan D-8 ke semangat awal. Modal penting Pemerhati hubungan internasional, Dinna Wisnu, menilai D-8 masih berkutat pada isu yang bersifat eksplorasi, sedangkan di tataran aksi, forum ini belum terlihat memainkan peran konkret. Sistem dan arah kerja sama D-8 belum jelas. Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menyampaikan, pengembalian D-8 ke semangat awal merupakan tuntutan yang logis. Memasuki dekade ketiga usia D-8, sudah waktunya organi- sasi itu fokus pada implementasi semua komitmen yang dibuat. Menurut dia, D-8 memiliki modal penting untuk memainkan peran krusial bagi anggotanya. Potensi perdagangan negara-negara yang tergabung dalam D-8 cukup besar. Jumlah penduduk seluruh anggotanya setara dengan 13 persen populasi dunia.(Andy Riza Hidayat, dari Istanbul Turki)

Editor:
Bagikan
Logo Kompas
Logo iosLogo android
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
+6221 8062 6699
Layanan Pelanggan
Kompas Kring
+6221 2567 6000