MANILA, SELASA — Setelah China dan Perhimpunan Bangsa- bangsa Asia Tenggara (ASEAN) sepakat memulai perundingan kode tata perilaku (COC) di Laut China Selatan, Beijing berharap kode itu dapat menjadi penstabil kawasan.
"China sangat berharap atas kedamaian dan kestabilan di Laut China Selatan," kata Perdana Menteri China Li Keqiang melalui sebuah pernyataan tertulis.
Dalam pernyataan yang dirilis Kementerian Luar Negeri China, Selasa (14/11) di Manila, Filipina, itu disebutkan, Li melihat ada kesepakatan untuk membahas dan menyelesaikan isu pelik dan sensitif terkait Laut China Selatan.
"Kami berharap perundingan kode etik akan memperkuat saling pengertian dan kepercayaan. Kami akan berusaha berdasarkan kesepakatan untuk mencapai konsensus dalam meraih implementasi awal kode etik," kata Li.
Dikritik
Meskipun demikian, Li tidak memberikan batas waktu perundingan. Bagi para pengkritik, pembicaraan itu cuma pengulur waktu. Kesepakatan akhir sepertinya tidak akan tercapai dalam waktu dekat. Keraguan terutama dipicu kekhawatiran atas potensi kegagalan acuan itu menghasilkan panduan yang kuat secara hukum bisa diterapkan atau punya mekanisme penyelesaian sengketa.
Meski saat ini situasi relatif tenang, negara-negara yang terlibat dalam pembahasan COC dianjurkan tidak lengah. Kerangka kerja yang disepakati pada Agustus lalu untuk memperkuat deklarasi tata berperilaku (DOC) perlu dipegang kuat.
Hal ini karena panduan tersebut diabaikan oleh negara-negara yang memperebutkan Laut China Selatan, khususnya China. Sebagaimana diketahui, Beijing telah mereklamasi sejumlah gosong karang dan melengkapinya dengan sejumlah fasilitas, seperti pelabuhan dan landasan pacu.
Sebagai catatan, di wilayah Laut China Selatan, Beijing bersengketa dengan sejumlah negara, yaitu Filipina, Malaysia, Brunei, Vietnam, dan Taiwan. Negara-negara yang bersengketa di Laut China Selatan itu sudah lama mengajak China membahas panduan yang kuat secara hukum dan bisa diterapkan.
Sejumlah anggota ASEAN sudah bertahun-tahun marah pada ketidakpedulian China terhadap kedaulatan mereka. Mereka juga marah, tetapi tidak berdaya mencegah China mengeksplorasi sumur-sumur migas dan mengerahkan nelayannya di wilayah perairan yang disengketakan.
Li Keqiang menyatakan, China akan berusaha keras menjaga kebebasan berlayar dan terbang di Laut China Selatan. Sebagai negara terbesar di sisi Laut China Selatan, dibandingkan dengan negara lain, China paling berkepentingan menjaga hal itu.
(Reuters/RAZ)