Publik Lebanon dan panggung politik negara itu seperti dihantam gempa ketika Perdana Menteri Lebanon Saad al-Hariri pada Sabtu (4/11) secara mengejutkan mengumumkan pengunduran diri dari jabatannya. Terlebih lagi, pengunduran diri itu disampaikan saat ia berada di kota Riyadh, ibu kota Arab Saudi.
Mereka seperti tidak percaya bahwa apa yang dilakukan Hariri (47) itu sebuah realitas. Maklum saja, di dalam negeri Lebanon saat itu tidak terdapat prahara politik besar yang dapat dijadikan alasan oleh Hariri untuk mengundurkan diri.
Media Lebanon pun yang terbit keesokan harinya, yakni pada edisi Minggu (5/11), lebih menyorot dan mempertanyakan tentang sang sutradara yang mengatur skenario keputusan pengunduran diri Hariri dari jabatannya tersebut. Setelah beberapa hari berselang, kisah tentang kasus pengunduran diri Hariri yang mendekati kebenaran dan kini dipercaya publik Lebanon lambat laun mulai terkuak.
Alkisah, pada Kamis (2/11) malam, Hariri mendadak mendapat telepon dari protokol Kerajaan Arab Saudi yang memintanya segera datang ke Riyadh karena Raja Arab Saudi, Salman bin Abdulaziz al-Saud, ingin bertemu.
Keesokan harinya, Jumat, Hariri—didampingi sejumlah pembantu dekatnya—terbang dengan pesawat jet pribadinya ke Riyadh. Ia sempat menyampaikan kepada sejumlah pejabat tinggi Lebanon yang mengantar ke Bandar Udara Internasional Beirut bahwa ia akan kembali ke Beirut, hari Senin (6/11).
Setiba di Bandar Udara Internasional Riyadh, Hariri dan rombongan terkejut. Mereka melihat, ada sesuatu yang tidak biasanya terjadi. Tidak ada barisan para pangeran dan pejabat protokol kerajaan yang menyambutnya secara resmi. Bahkan, ponsel Hariri pun konon disita aparat keamanan Arab Saudi di Bandar Udara Internasional Riyadh.
Dari bandara, Hariri langsung menuju rumah pribadinya di kota itu. Keluarga Hariri dikenal memiliki rumah mewah di Riyadh dan kota lain di Arab Saudi. Keluarga Hariri sejak masa ayahnya yang juga menjabat PM Lebanon, Rafik al-Hariri, yakni sudah mempunyai bisnis di negara itu sejak tahun 1960-an.
Pada Sabtu pagi, petugas protokol kerajaan mendatangi rumah Hariri. Ia memintanya Hariri segera datang ke istana untuk bertemu Putra Mahkota Pangeran Mohammed bin Salman.
Setiba di istana, Hariri langsung masuk ke ruangan Sang Putra Mahkota. Pertemuan mereka berlangsung sekitar 4 jam. Menurut bocoran berita yang beredar, Pangeran Mohammed bin Salman saat itu sangat marah terhadap Hariri, yang dinilai terlalu banyak berkompromi dengan Hezbollah dan dianggap telah gagal menghadapinya.
Setelah keluar dari ruangan Putra Mahkota, Hariri langsung membacakan surat pengunduran diri yang disiarkan langsung oleh stasiun televisi Arab Saudi. Seusai pengunduran diri Hariri, Arab Saudi konon mencoba mengganti Hariri dengan kakaknya, Bahaa al-Hariri, untuk memimpin partai Gerakan Al-Mustaqbal dan selanjutnya menjadi PM Lebanon. Bahaa al-Hariri kini juga sedang berada di Riyadh.
Arab Saudi sempat meminta seluruh anggota keluarga besar Hariri di Beirut agar datang ke Riyadh untuk mendukung pergantian dari Saad al-Hariri ke Bahaa al-Hariri. Namun, keluarga besar Hariri menolak permintaan Arab Saudi. Upaya Arab Saudi itu pun gagal.
Kegagalan upaya Arab Saudi tersebut kemungkinan besar membuka jalan bagi Saad al-Hariri—untuk pertama kalinya sejak pengunduran dirinya—memberikan wawancara dengan stasiun televisi Al Mustaqbal miliknya, Minggu malam.
Dalam wawancara tersebut, Hariri menyampaikan bahwa ia akan kembali ke Lebanon dalam waktu sangat dekat. Ia juga menyatakan siap meninjau kembali keputusannya mengundurkan diri dari jabatan perdana menteri. (Dilaporkan dari Kairo, Mesir)
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.