Bin Salman-Kushner, Duet Pengatur Ketegangan di Timur Tengah
Oleh
MUSTHAFA ABD RAHMAN
·3 menit baca
Geger di Timur Tengah belakangan ini, yang dipicu manuver Arab Saudi, sesungguhnya tak lepas dari peran duet tokoh muda yang nama mereka sedang melambung saat ini. Mereka adalah Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman, dan penasihat politik Presiden AS Donald Trump yang juga menantunya, Jared Kushner.
Dua tokoh muda itu memang sedang bernasib baik. Pada usianya yang masih sangat muda, keduanya mendapat kepercayaan besar oleh orang tua atau mertua mereka yang sedang berada di puncak kekuasaan negara.
Pangeran Mohammed bin Salman (32), yang kini populer dengan sebutan MBS—sesuai inisial namanya—mendapat kepercayaan orang tuanya, Raja Salman bin Abdulaziz al-Saud, untuk merancang dan menjalankan segala kebijakan di Arab Saudi. Sudah menjadi rahasia umum bahwa Sang Pangeran adalah penguasa hakiki di negaranya. Rumor yang dilansir berbagai media pun mulai berkembang bahwa Raja Salman akan menyerahkan singgasana raja kepada putranya itu dalam waktu dekat.
Adapun Jared Kushner (36) juga sedang mendapat kepercayaan dari mertuanya, Presiden Donald Trump, untuk merancang dan menangani kebijakan AS terkait urusan Timur Tengah yang sangat rumit. Ia ditunjuk sebagai penasihat politik Trump.
Dua tokoh muda tersebut ternyata cepat bersahabat. Kushner sudah tiga kali mengunjungi dan bertemu MBS di Kota Riyadh sejak Trump menjabat presiden AS pada akhir Januari lalu. MBS selalu menerima Kushner setiap kali bertandang ke Riyadh, bukan di istana, tetapi di kompleks pertanian milik MBS di sebuah wilayah gurun dekat Kota Riyadh. Setiap pertemuan mereka selalu berlangsung cukup lama. Pembicaraan di antara mereka bisa berjam-jam.
Pasca pertemuan terakhir MBS-Kushner di kompleks pertanian tersebut, akhir Oktober lalu, suasana geger segera melanda Arab Saudi. Sebanyak 11 pangeran, empat menteri, dan puluhan mantan menteri serta pengusaha ditangkap aparat keamanan dengan tuduhan korupsi pada 4 November. Di hari yang sama, dari Kota Riyadh, Perdana Menteri Lebanon Saad al-Hariri mengumumkan pengunduran dirinya.
Beberapa bulan sebelumnya, yakni bulan Juni, Arab Saudi bersama tiga negara Arab lain— Mesir, Bahrain, dan Uni Emirat Arab—secara mengejutkan melancarkan blokade terhadap Qatar dengan tuduhan Doha mendukung dan mendanai jaringan teroris. Qatar telah membantah tuduhan tersebut.
Aksi terhadap Qatar itu juga terjadi hanya beberapa hari setelah kunjungan Trump ke Riyadh pada bulan Mei. Dalam kunjungan ini, Trump didampingi Kushner.
Beberapa kalangan memperkirakan, tidak berapa lama lagi, Timur Tengah akan dibuat geger lagi oleh berita tercapainya kesepakatan damai Israel-Palestina yang disebut-sebut bakal menjadi "transaksi abad ini".
Beberapa media sudah mulai membocorkan tentang akan adanya transaksi tersebut. Transaksi itu kini sedang digodok di Washington DC dan Riyadh.
Lagi-lagi, duet MBS- Kushner ditengarai sebagai arsitek "transaksi abad ini" antara Israel dan Palestina itu. MBS bertugas menekan Palestina agar menerima transaksi tersebut. Kushner bertugas membujuk Israel agar menerimanya.
Banyak pengamat pun kini menyebut, manuver berani MBS saat ini yang sering keluar dari pakem tradisi politik di dunia Arab dirancang bersama dengan Kushner dalam beberapa kali pertemuan di kompleks pertanian milik MBS, dekat Kota Riyadh.
Dengan kata lain, dalam kejadian-kejadian yang membuat geger di Timur Tengah pada akhir-akhir ini, Arab Saudi tidak sendiri. Di belakang mereka, ada Amerika Serikat (AS). Apalagi, MBS kini juga dikelilingi sejumlah konsultan politik dan ekonomi dari AS, seperti Boston Consulting Group, McKinsey Group, dan Oliver Wyman Consulting. (Dilaporkan dari Kairo, Mesir)
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.