”Saya menyampaikan salam dan terima kasih kami kepada seluruh warga Rusia untuk semua usaha Rusia menyelamatkan negara kami,” kata Assad, Selasa (21/11) di Sochi, Rusia.
Assad secara khusus memuji Angkatan Udara Rusia yang berperan aktif membantu Suriah melawan pemberontak. ”Saya berterima kasih kepada semua perwira, prajurit, dan pilot Rusia yang ambil bagian dalam perang ini,” kata Assad menambahkan.
Pernyataan itu disampaikan Assad saat berada di Rusia untuk memenuhi undangan Presiden Rusia Vladimir Putin. Agenda pertemuan yang dimotori Rusia itu membahas proses perdamaian di Suriah. Selain Assad, Putin juga mengundang Presiden Iran Hassan Rouhani dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan.
Pertemuan Putin dengan Rouhani dan Erdogan dijadwalkan berlangsung pada Rabu (22/11) di kota wisata Sochi, Rusia. Putin juga dijadwalkan menghubungi Pemerintah Amerika Serikat dan Arab Saudi untuk membahas perdamaian Suriah.
Selama perang saudara yang meletus sejak Maret 2011, Iran dan Rusia mendukung pemerintahan Assad. Sementara Turki bagian dari kekuatan yang mendukung kelompok oposisi.
Beberapa waktu terakhir, upaya perdamaian antarfaksi bertikai di Suriah macet. ”Kami berkepentingan melanjutkan proses politik. Kami tidak mau melihat ke belakang dan siap berdialog dengan semua yang mau datang berunding,” ujar Assad.
Juru bicara Putin, Dmitry Peskov, mengatakan, Putin sudah berbicara dengan pimpinan Turki dan Iran bahwa Rusia siap bekerja sama dengan Pemerintah Suriah untuk mempersiapkan hal-hal yang bisa disepakati. Dengan demikian, kesepakatan yang akan dicapai bisa segera diimplementasikan.
Putin dinyatakan berkeras, warga Suriah-lah yang harus menentukan masa depan Suriah. Hal itu termasuk dengan keberlangsungan pemerintahan Presiden Bashar al-Assad karena sebagian pihak meminta Assad turun jika perdamaian ingin berlanjut. Tuntutan itu antara lain disampaikan AS yang ikut memasok senjata dan melatih pasukan oposisi Suriah.
Akan tetapi, Presiden AS Donald Trump sudah mengakhiri program pelatihan oleh CIA itu dan memerintahkan AS lebih fokus menghadapi Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS)
Putin juga disebut akan segera menarik pasukan Rusia dari Suriah. Keinginan itu sebenarnya bukan hal baru karena Rusia pernah membuat pengumuman serupa tahun lalu. Faktanya, sampai sekarang pesawat tempur dan kapal perang Rusia masih terus beroperasi di Suriah.
NIIS berakhir
Kali ini, Putin mempertimbangkan pemerintahan Assad sudah lebih baik. Hampir seluruh Suriah dalam kendali Assad lagi. Pekan lalu, pasukan Suriah dan Iran dengan dukungan AU Rusia merebut kembali kendali atas kota Abul Kamal. Kota itu merupakan wilayah terakhir Suriah yang dikuasai NIIS.
Menegaskan situasi itu, Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan, NIIS sudah berakhir setelah Suriah menguasai lagi Abul Kamal dan Irak merebut Rawa.
”Hari ini dengan bantuan Tuhan dan perjuangan warga di sana, kita bisa mengatakan iblis ini sudah selesai,” ujarnya.
Ia tidak menampik sisa-sisa militan NIIS masih ada. Akan tetapi, akar kekuatan mereka sudah dihancurkan.
Selain itu, Rouhani juga kembali mengulang tuduhan bahwa AS menyokong NIIS. Ia juga mengkritik sikap diam negara- negara Arab atas kematian ribuan orang dalam konflik Yaman.
Penegasan bahwa NIIS sudah kalah juga dinyatakan pimpinan Garda Revolusi Iran Mayor Jenderal Qassem Soleimani. Perwira tinggi itu dipercaya memimpin pasukan Quds, bagian Garda Revolusi Iran yang bertanggung jawab untuk operasi di luar negeri, termasuk di Irak dan Suriah.
Soleimani tidak menampik pernyataan, Iran turut mengorganisasi militan lintas negara untuk melawan NIIS. Secara khusus, ia menyoroti peran Hezbollah.