BEIJING, SELASA -- China menyerukan kepada semua pihak agar berkepala dingin dan mengedepankan dialog untuk menenangkan situasi terkait krisis nuklir di Semenanjung Korea, Selasa (21/11). Seruan itu dikeluarkan Beijing menanggapi langkah Amerika Serikat yang kembali memasukkan Korea Utara dalam daftar negara pendukung terorisme.
"Kami tetap berharap, semua pihak yang terkait agar dapat membantu menurunkan tensi, mendorong semua pihak terkait untuk menggelar dialog dan (mengadopsi) langkah-langkah yang tepat untuk menyelesaikan isu di Semenanjung Korea melalui jalur dialog dan konsultasi," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Lu Kang.
Beijing telah mendorong pendekatan dua jalur terkait isu Semenanjung Korea. Pertama, dorongan terhadap AS agar menghentikan kegiatan pelatihan militer di Korea Selatan (Korsel). Kedua, mendesak Korut menghentikan program persenjataannya. Namun, sejauh ini proposal Beijing itu tidak mendapatkan respons dari semua pihak.
Awal pekan ini, eskalasi di Semenanjung Korea meningkat setelah Presiden AS Donald Trump sesumbar untuk sesegera mungkin menerapkan sanksi atas Korut. Ini sebagai langkah lanjutan Washington setelah, Senin, memasukkan Korut ke daftar negara pendukung terorisme, bersama Iran, Sudan, dan Suriah.
"Ini seharusnya sudah dilakukan beberapa waktu lalu. Hal ini seharusnya sudah dilakukan tahun-tahun lalu," kata Trump.
Untuk mengingatkan publik, Trump menyebut kasus tewasnya pelajar warga AS di sebuah penjara Korut serta tewasnya Kim Jong Nam, kakak tiri Pemimpin Korut Kim Jong Un, akibat dibunuh di Malaysia. Dua kasus itu, antara lain, yang menjadi dasar Washington memasukkan Korut pada daftar negara pendukung terorisme.
Korut pernah dimasukkan AS dalam daftar sponsor terorisme atas keterlibatan mereka dalam pengeboman pesawat maskapai Korsel, Korean Air, tahun 1987. Keseluruhan dari 115 orang di pesawat itu tewas. Tahun 2008, pemerintahan Presiden George W Bush mencabut penetapan daftar hitam itu sebagai imbal balik perundingan denuklirisasi.
Menteri Luar Negeri AS, Rex Tillerson, menyatakan, sanksi dan diplomasi dipilih untuk menekan Pyongyang agar mau dialog. "Kita tetap masih berharap pada diplomasi," kata Tillerson.
Langkah AS disambut baik dan didukung Jepang. Korsel tidak menanggapi secara langsung hal itu dan menilai langkah AS sebagai bagian upaya komunitas internasional menyikapi situasi di Semenanjung Korea.
Sejauh ini belum ada tanggapan Korut. Sebuah editorial surat kabar milik partai penguasa, Rodong Sinmun—yang dilansir sebelum Trump mengumumkan langkah terbaru AS pada Korut— menyebutkan, Trump dilukiskan sebagai "sosok bermental kacau dan mata duitan" yang akan mengantarkan AS menuju "jalan ke neraka". (AFP/REUTERS)
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.