Parpol Terus Dilobi
BERLIN, SELASA — Presiden Jerman Frank-Walter Steinmeier terus melobi partai-partai politik di Jerman untuk bertanggung jawab kepada pemilih dengan menjalankan mandat membentuk pemerintahan. Upaya serupa ia lakukan terhadap partainya, Partai Sosial Demokrat, yang bersikukuh menjadi oposisi.
Langkah Steinmeier dilakukan setelah Kanselir Angela Merkel gagal membentuk pemerintahan koalisi dengan Partai Hijau dan Partai Demokratik Bebas (FDP), menyusul langkah mengejutkan FDP yang menarik diri dari perundingan.
Steinmeier, anggota Partai Sosial Demokrat (SPD) yang mantan menteri luar negeri di kabinet Merkel dan memiliki wewenang mengumumkan percepatan pemilu, berupaya melobi semua parpol agar kembali ke meja perundingan. Setelah berbicara dengan Merkel, Senin, dan Partai Hijau, Selasa (21/11), ia akan bertemu dengan FDP, Rabu (22/11) ini.
Krisis politik itu merupakan yang pertama terjadi sejak Perang Dunia II, sekaligus krisis yang pertama dihadapi Merkel dalam 12 tahun pemerintahannya.
Ketika kubu Merkel, CDU/ CSU, gagal meraih suara mayoritas di parlemen, biasanya terjadi koalisi besar antara CDU/ CSU dan SPD. Namun, hasil mengecewakan dalam pemilu September lalu, yakni SPD hanya memperoleh 20 persen, membuat partai ini bersikeras menjadi oposisi. Ketua SPD Martin Schulz, kemarin, menegaskan kembali keinginan partainya untuk tetap menjadi oposisi.
Tanggung jawab
Steinmeier mengingatkan partai-partai tentang tanggung jawab mereka kepada pemilih. "Apa yang terjadi di hadapan kita adalah situasi yang tak pernah ada dalam sejarah Republik Federal Jerman, selama 70 tahun terakhir. Mandat untuk membentuk pemerintahan... adalah mandat tertinggi yang diberikan pemilih kepada partai dalam demokrasi," ungkapnya.
Hal senada disampaikan Ketua Parlemen Jerman Wolfgang Schaeuble. Menurut dia, partai perlu lebih kuat lagi berupaya untuk berkompromi, dan mengambil tanggung jawab membentuk pemerintahan koalisi.
"Eropa dan dunia membutuhkan Jerman yang kuat dan dapat diandalkan. Reaksi yang berdatangan dari dunia internasional menunjukkan, Eropa dan negara-negara lain sedang menunggu kita," ucap Schaeuble, mantan menteri keuangan, kepada parlemen, Selasa.
Meski demikian, Andrea Nahles, Ketua Fraksi SPD di parlemen menekankan, partainya tak ingin lagi menopang Merkel dengan koalisi besar. "Kami bukan cadangan darurat bagi Merkel," ucap Nahles.
Namun, SPD berjanji berbicara dengan Steimeier guna menemukan solusi. "Kita harus membicarakan bagaimana membentuk proses yang membawa negeri ini pada pemerintahan baru yang stabil," tutur Nahles.
Jerman akan selama berminggu-minggu, mungkin berbulan-bulan, memiliki pemerintahan yang lumpuh karena tak memiliki wewenang membuat keputusan penting. "Politik negara yang ekonominya paling berpengaruh di Eropa, dan sampai saat ini menjadi jangkar stabilitas memasuki masa ketidakpatian mendalam," ujar Eurasia Group, konsultan risiko politik.
Seusai bertemu Steinmeier, Merkel mengatakan, kubunya lebih memilih melaksanakan pemilu baru dibandingkan dengan membentuk pemerintahan minoritas. Pemilu kemungkinan dilaksanakan setelah Februari 2018.
Bursa saham Eropa, kemarin, dibuka dalam posisi yang lebih rendah, tetapi dalam waktu singkat bisa pulih kembali. Demikian juga dengan mata uang euro yang kembali stabil setelah sempat anjlok, Senin lalu.
Hal itu diyakini bisa terjadi akibat kepercayaan terhadap ekonomi Jerman dan Eropa. DAX Jerman naik 0,1 persen setelah Merkel menyatakan cenderung memilih pemilu yang dipercepat.
(AP/AFP/REUTERS/MYR)