Detik-Detik Drama Pembelotan Tentara Korut untuk Hirup Kebebasan di Korsel
Oleh
ELOK DYAH MESSWATI
·4 menit baca
Hari itu, Senin (13/11) pukul 15.11. Di hari kelabu, dalam suhu udara yang dingin, seorang tentara Korea Utara sendirian berjuang meraih kemerdekaan yang ia impikan. Ya, hari itu ia membelot ke Korea Selatan dalam pelarian dramatis dan menegangkan.
Di Area Keamanan Bersama (JSA), Desa Panmunjom, perbatasan Korut dan Korsel yang dijaga ketat militer bersenjata, tentara Korut itu nekat menyeberang perbatasan kedua negara. Dari rekaman video kamera pengintai di sisi selatan JSA yang dirilis Komando PBB (UNC) di Seoul, Korsel, Rabu (22/11), tampak ia memacu kencang kendaraan jeep warna hijau zaitun gelap.
Jeep itu melintasi pohon-pohon yang berjajar di sepanjang jalan, melewati lapangan tandus, dengan lampu depan menyala, dan kemudian menyeberangi jembatan yang dulu pernah digunakan untuk pertukaran tahanan selama Perang Korea.
Laju kencang jeep tersebut membuat para tentara Korut terkejut. Dalam keterkejutan itu, mereka baru tersadar: salah satu rekan mereka berniat membelot ke Korsel. Sesuatu yang belum pernah terjadi sejak 2007.
Dalam tayangan video terlihat, jeep tersebut melaju pelan dan memutar di dekat monumen untuk mengenang Pendiri Korut Kim Il Sung—titik tempat biasa para turis berkumpul— dan kemudian terseok di bawah sebuah pohon. Tentara Korut pembelot, yang belakangan diketahui berusia 24 tahun berpangkat sersan dan bernama keluarga Oh, keluar mobil.
Perbatasan Korut sudah di depan mata. Ia berpacu dengan waktu. Di belakangnya, para tentara Korut mengejar, dengan senjata yang siap ditembakkan untuk menghadang langkah sang pembelot, hidup atau mati.
Empat tentara Korut, dengan senjata di tangan, berlari ke arah pondok berwarna biru yang dilintasi garis perbatasan. Pondok ini sangat dikenal oleh mereka yang telah menjalani tur perbatasan, tempat tentara Korut dan Korsel saling berhadapan dalam jarak dekat.
Tidak ada turis di hari Senin itu. Tepat di garis yang membelah Korut dan Korsel ini, jeep tentara pembelot tersebut menabrak selokan. Ia berusaha mengeluarkan jeepnya dari celah selokan, tetapi tak berhasil.
Detik demi detik terasa bergulir begitu cepat. Ia akhirnya melompat keluar dari jeep dan berlari ke arah wilayah Korsel. Daun-daun kering yang rontok dari pohon tampak beterbangan terkena sepakan kakinya. Ia sempat merunduk di bawah sebatang pohon. Tentara Korut sudah terlihat mengejarnya.
Semua berjalan cepat. Satu dari empat tentara Korut yang mengejar, menjatuhkan diri di antara dedaunan kering dan menembaki sang pembelot dari jarak dekat dengan pistol dan senapan serbu AK 47. Ada 40 tembakan dilepaskan, kata otoritas Korsel, dan sedikitnya empat di antaranya bersarang dalam tubuh tentara pembelot itu.
Ia berhasil memasuki Korsel. Tubuhnya jatuh terlentang, tidak bergerak dalam tumpukan daun kering di balik dinding bangunan di sisi Korsel.
Empat menit
Seluruh urutan pergerakan tentara Korut pembelot itu, mulai dari kemunculan pertama jeep hingga tembakan sejumlah tentara Korut, berlangsung dalam empat menit.
Insiden pembelotan ini terjadi di wilayah JSA—yang diawasi oleh Komando PBB yang dipimpin Amerika Serikat (UNC) dan Korut—dan berada di dalam Zona Demiliterisasi sepanjang 4 kilometer, perbatasan antara kedua Korea.
Empat puluh menit kemudian, video tersebut telah beralih warna ke inframerah, memperlihatkan gerakan dua tentara Korsel merangkak dan menggunakan dinding sebagai pelindung, menuju tempat tentara Korut pembelot yang sedang kritis. Keduanya menarik tubuh tentara Korut ke tempat aman.
Tentara Korut itu lalu diterbangkan dengan helikopter militer AS ke sebuah rumah sakit di Suwon, selatan Seoul. "Dari sudut pandang medis, ia hampir mati saat pertama kali dibawa ke sini," kata Lee, dokter bedah yang mengoperasinya.
Ia berhasil diselamatkan meski pemulihannya sangat lambat. Dan setelah lebih dari sepekan dirawat, dengan beberapa kali operasi, tentara Korut itu telah siuman. Saat mengeluarkan peluru dari tubuhnya, dokter bedah Korsel menemukan puluhan cacing—termasuk satu cacing sepanjang 27 sentimeter—menempel di saluran pencernaannya.
Betapa pun, keberhasilan tentara Korut itu membelot ke Korsel tentu merupakan tamparan keras dan memalukan bagi Korut. Pyongyang kerap mengklaim, seluruh pembelotan ke selatan merupakan hasil penculikan Korsel atau hasil bujukan terhadap warga Korut.
Setiap tahun, rata-rata lebih dari 1.000 warga Korut berusaha membelot ke Korsel. Namun, mereka umumnya melewati China. Jarang ada yang membelot melalui wilayah perbatasan, seperti dilakukan sersan bernama keluarga Oh itu. Atas insiden ini, Pyongyang belum mengeluarkan pernyataan apa pun.
(AP/REUTERS)
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.