KAIRO, KOMPAS -- Perdana Menteri Lebanon Saad al-Hariri, Rabu (22/11), mengurungkan langkah pengunduran dirinya dari jabatan perdana menteri. Keputusan ini melegakan banyak pihak. Kehadiran dia kembali di Lebanon, dengan tetap menjabat PM, menyebabkan krisis politik di negara itu mereda.
Keputusan tersebut diambil Hariri setelah pertemuan segitiga tertutup dengan Presiden Michel Aoun dan Ketua Parlemen Nabih Berri di Istana Kepresidenan, Baabda, Beirut. Pertemuan ini digelar, tak lama seusai upacara peringatan kemerdekaan Lebanon ke-74 yang dihadiri oleh trio elite penguasa Lebanon itu.
Hariri tiba di Beirut, Selasa malam, hampir tiga pekan pasca pengumuman pengunduran dirinya yang mengejutkan dari Riyadh, Arab Saudi, pada 4 November lalu. Ia terbang dari Paris, tetapi—dalam perjalanan ke Beirut—sempat mampir beberapa jam di Kairo dan Nicosia, Siprus. Di dua kota itu, ia secara berurutan bertemu Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi dan Presiden Siprus Nicos Anastasiades.
Setelah Hariri mengumumkan pengunduran dirinya, Presiden Lebanon Michel Aoun saat itu menolak pengunduran Hariri karena dilakukan di luar koridor konstitusi Lebanon tahun 1943. Sesuai dengan konstitusi, seorang PM Lebanon harus mengajukan pengunduran diri langsung kepada presiden.
Pengunduran Hariri sempat menempatkan Lebanon sebagai front baru pertarungan pengaruh antara dua rival di kawasan, Arab Saudi dan Iran, yang mendukung milisi Hezbollah di Lebanon.
Hariri dalam temu pers seusai pertemuan segitiga itu mengungkapkan, ia telah menyampaikan pengunduran diri, namun Presiden Aoun meminta dia mengurungkan niat mundur untuk memberi waktu lebih banyak bagi konsultasi bersama. Hariri menerima permintaan tersebut.
"Saya telah menerima permintaan itu, dan berharap sebagai pintu masuk digelarnya dialog serius dan bertanggung jawab dengan berpegang teguh pada Kesepakatan Taif tahun 1989 dan sebagai titik tolak kesepakatan nasional," ujar Hariri.
Menurut Hariri, dialog itu bisa mengatasi perbedaan pendapat yang berdampak pada hubungan Lebanon dengan saudara-saudaranya dari negara Arab. Ia menyerukan upaya semaksimal mungkin pada komitmen kebijakan netral dari konflik regional, serta segala tindakan yang mengancam stabilitas nasional dan hubungan baik dengan negara-negara tetangga Arab.
Pemerintah Lebanon saat ini, dengan dipimpin Presiden Aoun dan PM Hariri, adalah hasil kesepakatan politik keduanya, Desember 2016, yang menegaskan netralitas Lebanon dalam konflik regional, khususnya Suriah.
Akan tetapi, semakin terlibatnya Hezbollah dalam perang di Suriah terakhir ini dan juga di Yaman dan Irak, mendorong Hariri menyampaikan pengunduran dirinya dari kota Riyadh pada 4 November lalu. Langkah itu sebagai protes atas tindakan Hezbollah yang tidak menghormati kesepakatan politik Aoun-Hariri tersebut.
Televisi Al Jazeera melansir, Presiden Aoun dan Ketua Parlemen Nabih Berri dalam pertemuan segitiga berjanji kepada Hariri untuk membantu semaksimal mungkin agar Lebanon lebih netral dalam konflik regional. Keduanya akan melobi Hezbollah supaya tidak terlalu jauh ikut intervensi urusan negara lain.
Publik Lebanon dan dunia Arab kini terus memantau dan menunggu hasil konsultasi Aoun-Hariri tentang faktor-faktor yang menyebabkan Hariri mengumumkan pengunduran dirinya dari kota Riyadh.
Menurut pengamat politik Lebanon, Ridhwan Akil, kepada stasiun televisi Al Jazeera, keputusan Hariri membatalkan pengunduran dirinya itu hasil komunikasi intensif terakhir ini antara Perancis, Lebanon, Mesir, Arab Saudi, Jordania, dan Siprus. Selain itu, juga hasil komunikasi antara para menteri dari Kelompok Gerakan Al-Mustaqbal pimpinan Hariri dan para menteri dari Hezbollah.
Akil mengatakan, komunitas regional dan internasional kini menghendaki Lebanon stabil sehingga situasi di kawasan tidak semakin terpuruk. Seperti dimaklumi, Aoun dan Berri berada dalam satu kubu dengan Hezbollah, yakni kubu 8 Maret yang dikenal pro Iran. (Dilaporkan dari Kairo, Mesir)
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.