Pergerakan Korut Tak Terdeteksi, Hawaii Aktifkan Kembali Sirene
Oleh
LUKI AULIA
·3 menit baca
TOKYO, SELASA -- Jepang mencurigai aktivitas di Korea Utara setelah negara terisolasi ini tidak terdeteksi sejak September lalu. Aktivitas di Korut itu ditangkap dari sinyal radio. Namun, belum dapat dipastikan, apakah sinyal itu terkait persiapan uji rudal nuklir atau persiapan pelatihan militer Korut.
Setelah meluncurkan 2-3 rudal dalam satu bulan, sejak April lalu, uji rudal dan nuklir Korea Utara terhenti, September. Pemerintah Jepang lalu mendeteksi sinyal-sinyal radio dari arah Korea Utara, Senin malam. Akan tetapi, hingga Selasa (28/11), Jepang belum bisa memastikan, dengan sinyal radio itu, apakah militer Korut tengah menyiapkan uji rudal atau hanya menyiapkan pelatihan musim dingin yang akan dimulai, Jumat.
Kepastian itu belum diperoleh karena dari citra satelit tidak terlihat ada pergerakan militer terkait persiapan uji rudal. Kantor berita Jepang, Kyodo, menyebutkan, Pemerintah Jepang bersiaga setelah menangkap sinyal itu karena khawatir, Korut akan segera menguji rudal kembali. Uji rudal Korut yang terakhir, September lalu, membuat panik karena melewati wilayah udara Jepang.
Menteri Penyatuan Korea Selatan Cho Myoung-gyon mengingatkan, ada pergerakan Korut yang harus diperhatikan sejak uji rudal, September. "Korut belum menguji rudal lagi, tetapi mereka sering menguji mesin. Belum tahu, apakah ini terkait uji rudal nuklir atau tidak," ujarnya.
Sejumlah pejabat intelijen AS mengingatkan, Korut sering mengirim sinyal menyesatkan untuk menyembunyikan persiapan uji rudal yang sebenarnya.
Cho yakin, Korut akan sanggup menuntaskan program pengembangan rudal dan nuklirnya dalam kurun waktu satu tahun. Ini karena ternyata Korut selama ini sudah bergerak lebih cepat dari yang diperkirakan.
"Para ahli berpikir Korut akan butuh waktu 2 atau 3 tahun, tetapi ternyata lebih cepat dan kemungkinan bisa selesai setahun," katanya.
Sirene perang dingin
Untuk mengantisipasi serangan Korut, Hawaii menguji sirene- sirene peringatan serangan nuklir lagi setelah 30 tahun tak aktif. Sirene ini dahulu digunakan pada masa Perang Dingin. Sirene akan dibunyikan selama 60 detik di 400 titik lokasi di seluruh daerah, Jumat. Tes sirene ini akan diulangi setiap awal bulan.
Sirene ini kembali dibunyikan di Hawaii sebagai peringatan pada warga untuk segera masuk ke dalam rumah atau ke dalam bangunan dan tetap waspada. Ketua Badan Pengelolaan Kesiagaan di Hawaii, Vern Miyagi, menyatakan, posisi siap siaga itu berarti tahu apa yang akan terjadi serta tahu apa yang harus dilakukan.
Sirene peringatan itu tidak aktif lagi sejak 1980-an, dan Hawaii merasa harus mengaktifkan lagi seiring dengan meningkatnya ancaman serangan dari Korut. Juru bicara di Badan Pengelolaan Kesiagaan Hawaii, Arlina Agbayani, mengatakan, mereka khawatir bahwa rudal dan nuklir Korut bisa menjangkau Hawaii.
Satu rudal seberat 150 kiloton saja, misalnya, jika mendarat di Pulau Oahu, dikhawatirkan bisa menewaskan sekitar 18.000 orang dan 50.000 hingga 120.000 orang terluka. Kekhawatiran itu beralasan karena Oahu menjadi pusat komando militer Amerika Serikat, seperti Honolulu.
Jika serangan nuklir benar-benar dilancarkan Korut ke Hawaii, Komando Pasifik AS akan memberitahu Hawaii untuk membunyikan sirene. Warga hanya punya waktu 12-15 menit sebelum rudal atau nuklir sampai sasaran. Warga diimbau untuk berlindung di bangunan yang kuat. Sarannya, berlindung di dalam ruangan karena belum ada bangunan khusus atau ruangan bawah tanah yang tahan serangan nuklir.
Selain untuk memperingatkan serangan nuklir, sirene itu juga akan difungsikan untuk peringatan bencana topan badai, tsunami, dan bencana alam lain. Sirene itu juga akan dibunyikan lewat radio, televisi, dan telepon genggam. (REUTERS/AFP)
Editor:
Bagikan
Kantor Redaksi
Menara Kompas Lantai 5, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.
Tlp.
+6221 5347 710
+6221 5347 720
+6221 5347 730
+6221 530 2200
Kantor Iklan
Menara Kompas Lantai 2, Jalan Palmerah Selatan 21, Jakarta Pusat, DKI Jakarta, Indonesia, 10270.