Uji Coba Hwasong 15 Berpotensi Picu Ketegangan Kawasan
Oleh
Kris Razianto Mada
·3 menit baca
Moskwa, Rabu Rusia menuding Korea Utara sengaja memprovokasi dan memicu ketegangan. Tudingan itu menyusul uji coba peluncuran peluru kendali balistik antarbenua oleh Korea Utara ke Laut Jepang. Uji coba itu menunjukkan peningkatan signifikan kemampuan dan kekuatan rudal Korut.
Juru bicara Istana Kepresidenan Rusia, Dmitry Peskov, mengatakan, tindakan Pyongyang berpotensi meningkatkan ketegangan dan memancing krisis.
”Sangat jelas, peluncuran itu adalah provokasi,” kata Peskov, Rabu (29/11) di Moskwa, Rusia.
Meskipun mengecam, Rusia meminta semua pihak tetap menahan diri. ”Sangat penting mencegah situasi di Semenanjung Korea memburuk,” ujarnya.
Melalui televisi negara, Korut mengumumkan telah menembakkan rudal balistik antarbenua baru Hwasong 15. Kementerian Pertahanan Amerika Serikat menyebut rudal itu menjelajah hampir sejauh 1.000 kilometer sebelum jatuh di Laut Jepang. Rudal itu diyakini mengudara selama 50 menit.
Hwasong 15 dinyatakan sebagai yang terkuat dibandingkan rudal balistik lain yang pernah diuji Korut. Rudal itu ditengarai mampu menjangkau ketinggian hingga 4.000 kilometer dan sasaran sejauh lebih dari 13.000 kilometer. Sementara stasiun luar angkasa internasional mengorbit di ketinggian 408 kilometer.
Sebelum menguji Hwasong 15, Korut menguji rudal lain dengan kemampuan jelajah hingga sejauh 2.700 kilometer dan mampu mencapai ketinggian 550 kilometer. Pada September 2017, Korut menguji bom hidrogen. Tes bawah tanah itu menyebabkan gempa di Semanjung Korea.
Banyak pihak mengecam uji coba itu, tetapi Pyongyang tidak menanggapinya. Sikap itu dibuktikan dengan peluncuran Hwasong 15, hanya dua setengah bulan setelah Pyongyang menggelar peluncuran rudal terakhir.
Pemimpin Korut Kim Jong Un mengumumkan Korut telah sepenuhnya menjadi negara nuklir setelah uji coba penembakan Hwasong 15. Pyongyang mengklaim pengembangan nuklir itu ditujukan untuk mempertahankan diri dari agresi lawan.
Dengan rudal barunya, Pyongyang mampu menjangkau wilayah seluruh musuhnya, seperti Eropa, AS, dan Australia. Jepang dan Korea Selatan bahkan lebih mudah lagi dijangkau dengan rudal terbaru itu ataupun rudal-rudal sebelumnya.
Rencana Rusia
Menyikapi itu, Rusia bersama China—yang menyuarakan keprihatinan serius atas uji coba Hwasong 15—menawarkan peta jalan untuk meredakan ketegangan di Semenanjung Korea. Moskwa akan mendorong Pyongyang menghentikan semua uji coba nuklir dan rudal mereka sembari meminta Washington dan Seoul membatalkan rencana latihan militer skala besar yang tidak dijadwalkan sebelumnya.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Geng Shuang mengatakan, rencana itu merupakan pendekatan terbaik untuk mengurangi ketegangan. Namun, seperti telah diduga, Washington menolak pendekatan tersebut.
Sikap AS
Dari Washington dikabarkan, Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Rabu pagi meminta mitranya Presiden China Xi Jinping untuk lebih menekan Korut. Trump disebutkan mendesak China menggunakan semua perangkat yang tersedia untuk meyakinkan Pyongyang agar mereka mengakhiri provokasi dan menghapuskan semua senjata nuklir Korut.
Sebelumnya, Presiden Trump mengatakan, akan memberlakukan sanksi besar untuk menambah sanksi yang telah dijatuhkan pada Korut.
Meskipun disebut berpotensi memicu ketegangan di kawasan, uji coba peluncuran Hwasong 15 tidak terlalu mempengaruhi lantai bursa Jepang. Pasca uji coba rudal balistik yang jatuh di Laut Jepang itu, bursa Tokyo ditutup menguat.
Indeks acuan Nikkei 225 naik 0,49 persen, atau 110,96 poin, ditutup pada 22,597.20. Indeks Topix yang lebih luas berakhir naik 0,79 persen atau 14,08 poin pada 1.786,15.
"Pasar bereaksi dengan kepala dingin terhadap peluncuran rudal terbaru Korea Utara," kata Yoshihiro Ito, kepala strategi Okasan Online Securities.
SBI Sekuritas mengatakan, dampak peluncuran rudal Korea Utara terhadap nilai tukar yen, terbatas.