CALIFORNIA, SABTU - Badan Intelijen Pusat Amerika Serikat (CIA) memperingatkan, Pasukan Garda Revolusi Iran harus bertanggung jawab jika ada gangguan pada kepentingan Amerika Serikat di Irak. Peringatan itu diabaikan Iran.
Direktur CIA Mike Pompeo mengatakan, surat peringatan itu dikirimkan kepada salah satu komandan Pasukan Garda Revolusi Iran (IRGC) Mayor Jenderal Qassem Soleimani. "Saya mengirimkan surat karena dia mengisyaratkan bahwa pasukan di bawah kontrol dia dapat mengganggu kepentingan AS di Irak. Dia menolak membuka surat itu," ujarnya, Sabtu (2/12), saat menjadi pembicara pada forum pertahanan Institut dan Yayasan Kepresidenan Ronald Reagan di California, AS.
Soleimani merupakan salah satu petinggi IRGC dan memimpin Pasukan Quds. Pasukan itu bertanggung jawab untuk operasi luar negeri yang dilakukan IRGC, termasuk pengerahan ribuan milisi lintas negara di Irak dan Suriah.
Adapun Pompeo merupakan salah satu pejabat AS yang sangat anti-Iran. Politisi Partai Republik itu termasuk yang tidak setuju pada kesepakatan nuklir Iran, yang dibuat AS pada era Presiden Barack Obama dan beberapa negara lain dengan Iran. "Hal yang ingin kami sampaikan lewat surat itu adalah kami akan menuntut pertanggungjawaban dia dan Iran. Kami ingin memastikan dia dan para pemimpin Iran memahami itu secara jelas," ujar Pompeo.
Namun, ia tidak mengungkapkan secara jelas kapan surat tersebut dikirimkan. Tidak diperinci pula isi surat itu.
Kepala Staf Pemimpin Tertinggi Iran Mohammad Mohammadi Golpaygani menyatakan, Soleimani mengabaikan surat itu. Disebutkan, surat itu tidak dibuka. "Surat itu dikirim lewat salah satu kontak CIA di kawasan ini. Jenderal Soleimani hanya menyatakan tidak menerima apa pun. Dia tidak punya apa pun untuk disampaikan kepada orang-orang itu," ujarnya.
Golpaygani mengatakan, surat tersebut diusahakan diserahkan saat Soleimani berada di Albu Kamal, Suriah, November 2017. Kala itu, Soleimani memimpin milisi yang dikendalikan Pasukan Garda Revolusi Iran untuk mengalahkan kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS).
Selain melawan milisi NIIS, Soleimani juga menghadapi milisi Kurdi di Irak. Selama perang melawan NIIS, milisi Kurdi antara lain mendapat sokongan dari AS.
Dalam berbagai kesempatan, Soleimani memperingatkan agar pasukan Kurdi meninggalkan Provinsi Kirkuk di Irak. Jika tidak mau pergi dari wilayah kaya minyak itu, pasukan Kurdi akan diperangi pasukan Iran dan milisi di Irak dukungan Teheran.
Kehadiran Soleimani di sejumlah garis depan perang Irak dan Suriah dinyatakan Pompeo sebagai bukti peningkatan pengaruh Iran di Timur Tengah. Iran ingin menjadi kekuatan utama di Timur Tengah. Peningkatan pengaruh Iran itu salah satu pemicu Arab Saudi kian berminat berbagi informasi intelijen soal Iran dan NIIS dengan negara lain di Timur Tengah. Minat itu, antara lain, disambut Israel. Bahkan, Israel mengklaim sudah berkomunikasi dengan Arab Saudi. "Kita melihat kerja sama mereka melawan terorisme. Kita terus membangun hubungan dan Timur Tengah akan lebih aman," ujar Pompeo. (AP/REUTERS/RAZ)