Parade militer berlangsung di sekitar Alun-alun Baghdad. Selain barisan tentara, parade juga melibatkan helikopter dan jet tempur.
Pawai meriah ini digelar sehari setelah Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi mengumumkan kekalahan Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS), Sabtu. ”Warga Irak yang terhormat, wilayah Anda sudah sepenuhnya dibebaskan. Mimpi pembebasan telah menjadi kenyataan,” ujarnya.
”Kita meraih kemenangan dalam keadaan sulit dan dengan pertolongan Tuhan, ketabahan warga, dan keberanian pasukan kita. Bendera Irak berkibar di seluruh wilayah sampai ke titik terjauh di perbatasan,” kata PM Irak.
Abadi juga mengumumkan tanggal 10 Desember sebagai Hari Kemenangan terhadap NIIS dan menetapkannya sebagai hari libur. Keputusan berlaku mulai 2017. Karena itu, Minggu kemarin menjadi hari libur. Biasanya Minggu hingga Kamis adalah hari kerja di Irak.
Pengumuman oleh Abadi disambut gembira Amerika Serikat. Menurut AS, koalisi terus bersama Irak untuk mendukung aparat keamanan, ekonomi, dan upaya stabilisasi untuk memastikan NIIS tidak akan menjadi ancaman lagi bagi warga atau menjadikan negara itu sebagai tempat perlindungan.
”Kami mengingatkan pula pada hari kemenangan ini bahwa masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan,” ujar Utusan Khusus Presiden AS untuk Koalisi Anti-NIIS Brett McGurk.
Beberapa tahun terakhir, AS membantu Irak menghadapi NIIS. Seperti Rusia di Suriah, bantuan AS di Irak terutama berupa serangan udara terhadap tempat-tempat NIIS. Serangan udara oleh AS yang dilanjutkan serangan darat oleh pasukan dan milisi membuat wilayah-wilayah yang pernah dikuasai NIIS bisa direbut lagi oleh Irak.
Pengumuman kekalahan NIIS bukan kali ini saja disampaikan. Pada akhir November 2017, Irak juga mengumumkan sudah mengalahkan NIIS. Pengumuman itu disampaikan menyusul keberhasilan pasukan Irak merebut kembali Rawa, kota di perbatasan Irak-Suriah.
Iran dan Rusia, yang ikut membantu Pemerintah Irak dan Suriah dalam perang saudara dan melawan NIIS, juga pernah mengumumkan kekalahan NIIS. Iran menyatakan, NIIS sudah kalah setelah Rawa di Irak dan Albu Kamal di Suriah direbut pasukan pemerintah.
Sulit dikalahkan
Sebelum pengumuman kemenangan berulang itu, NIIS kerap digambarkan sulit dikalahkan. Sejak 2014, NIIS mengontrol wilayah yang luasnya setara dengan Italia. Wilayah kekuasaan NIIS membentang dari Suriah hingga Irak.
NIIS pernah disebut sebagai kelompok teroris terkaya. Sumber uangnya terutama dari hasil berdagang minyak dari sumur-sumur yang mereka kuasai di Irak dan Suriah. NIIS juga mendapat uang dari tebusan para sandera, perdagangan manusia, serta perdagangan ilegal benda-benda antik berusia hingga ribuan tahun yang dijarah dari berbagai penjuru Irak dan Suriah.
Akan tetapi, serangan bertubi-tubi koalisi dari sejumlah negara membuat NIIS kocar-kocar. Pada Juli 2017, kota Mosul di Irak yang menjadi pusat kekuatan NIIS ditaklukkan setelah serangan selama sembilan bulan.
Pada September 2017, pasukan koalisi mengusir NIIS dari Raqqa, Suriah, yang diklaim sebagai ibu kota NIIS. Setelah dua kota itu direbut, kekalahan NIIS semakin tidak terbendung.
Meski sudah berkali-kali dinyatakan kalah, NIIS tetap bisa menjadi ancaman. ”AS menekankan bahwa perang melawan teroris belum berakhir,” ujar juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Heather Nauert.
Saat ini, kurang dari 3.000 milisi NIIS tersebar di wilayah Irak dan Suriah. ”Mereka masih berada di beberapa wilayah dan mencoba menyusup ke desa-desa,” kata Abu Mahdi al-Mohandis, salah seorang petinggi kelompok milisi Hashed al-Shaabi yang membantu pasukan Irak melawan NIIS.
Milisi NIIS masih mencoba melakukan serangan-serangan sporadis. Pekan lalu, 10 pengebom bunuh diri NIIS ditangkap aparat Irak.
Milisi NIIS kini diduga bersembunyi di gurun yang membentang antara Irak dan Suriah.(AP/AFP/REUTERS/RAZ)