Watanabe Mendongkrak Bitcoin
Mereka gencar membeli bitcoin, kata analis Deutsche Bank, Masao Muraki, seperti diberitakan Bloomberg, Kamis (14/12). Mak- mak Watanabe ini bukan pedagang narkoba, bukan pula penggelap pajak.
”Mereka beralih dari perdagangan mata uang asing ke cryptocurrency,” kata Masao Muraki. Cryptocurrency merujuk pada alat transaksi yang sarat kode-kode rahasia ketat dengan para pemakai anonim.
Laporan Nikkei menyebutkan, 40 persen perdagangan cryptocurrency dilakukan dalam denominasi yen pada Oktober dan November. Di luar Jepang, China menjadi pengguna terbesar.
Di luar itu, investor kelembagaan dunia ikut mendongkrak kenaikan nilai bitcoin. Para manajer investasi global atau hedge fund yang mengelola uang berjumlah besar dan berani berspekulasi turut menaikkan nilai bitcoin.
Pada akhir Agustus 2017, hanya 55 hedge fund berinvestasi pada bitcoin dan sejenisnya, ethereum, ripple, litecoin, serta dash. Pada bulan Desember, sudah ada 170 pengelola investasi global yang berinvestasi pada bitcoin, menurut Autonomous NEXT, sebuah perusahaan riset, seperti diberitakan The Financial Times, Jumat (15/12).
Mereka ingin meraup untung seperti Matthew Buck, seorang ahli komputer dan salah satu pendiri Blockchain Capital. Buck meraih keuntungan hingga satu juta poundsterling dari investasi awal 14.000 poundsterling dalam enam bulan.
Para pemegang bitcoin meraup untung lebih banyak ketimbang pemegang dollar AS pada tahun 1997 di Indonesia. Saat itu, terjadi kenaikan pesat kurs dollar AS dari Rp 2.000 per dollar AS dan sempat mencapai Rp 17.000 per dollar AS.
Bitcoin melejit pesat selama Desember ini saja, sekitar 80 persen, karena hendak diperdagangkan di salah satu bursa berjangka AS, CME Group. ”Hal ini dianggap sebagai pengakuan pada teknologi bitcoin dan prinsipnya,” kata Charles Hayter, pendiri situs Cryptocompare.
Bursa lain, Cboe, Nasdaq, juga merencanakan perdagangan bitcoin. JPMorgan Chase dan Goldman Sachs memikirkan pula untuk memasukkan bitcoin ke dalam komposisi investasi atas permintaan klien.
300 miliar dollar AS
Namun, pendapat yang menyepelekan bitcoin tetap bergema. Gubernur Bank Sentral AS Janet Yellen mengatakan, bitcoin bukan alat tukar yang memiliki legitimasi. Nyatanya, omzet bitcoin sudah mencapai 300 miliar dollar AS, dan merupakan aset paling berharga dunia di urutan ke-15, menurut Cryptocoinsnews, Jumat (15/12).
The Bank for International Settlement (BIS) pada September lalu mengingatkan peran bitcoin tidak bisa diabaikan karena peredarannya terus meluas. Bitcoin disukai para pemakai karena aman, terenkripsi, dan diterima lembaga-lembaga resmi.
Niat Satoshi Nakamoto—pendiri awal bitcoin yang identitas aslinya tak pernah diketahui— mungkin puas dengan pencapaian bitcoin. Satoshi sangat membenci sistem keuangan tradisional karena macetnya transaksi global setelah krisis ekonomi AS pada 2008. Dia dan para pendukung bitcoin membenci regulator moneter global yang tak becus menjaga stabilitas.
Tentu perkembangan bitcoin tidak bisa disepelekan. Agustin Carstens, yang segera menjabat Ketua BIS, mengatakan, dunia harus memantau karena nilai bitcoin naik terlalu pesat dan dikhawatirkan amblas.
Ketua Financial Conduct Authority Inggris, Andrew Bailey, mengingatkan para pemegang bitcoin harus siap-siap merugi. Wakil Presiden Bank Sentral Eropa Vitor Constancio pada September lalu mengingatkan bitcoin segera meletus. Alasannya, bitcoin bukan mata uang, melainkan mirip pasar bunga tulip pada abad ke-16 di Belanda, melejit tak karuan lalu ambruk.
Akibat spekulasi
Akan tetapi, kenaikan nilai bitcoin bukan kesalahan penemunya. ”Kita melihat gelembung nilai terjadi akibat spekulasi dan kerakusan. Hal ini membuat bitcoin berbahaya, dan bukan itu tujuan awal bitcoin,” kata Andreas M Antonopoulos, penulis buku Mastering Bitcoin and The Internet of Money, seperti dituliskan Australian Financal Review, Jumat.
Para investor tampaknya tidak terlalu mengkhawatirkannya. John McAfee, pakar keamanan dunia siber, meramalkan nilai bitcoin akan menjadi 1 juta dollar AS pada 2020. Banyak yang tidak sependapat dengan ini.
Gubernur Bank Sentral Eropa Mario Draghi mengatakan, setidaknya untuk sementara krisis bitcoin, jika terjadi, tidak akan memukul sendi keuangan dunia. Pemakaian bitcoin hanya sekitar 0,1 persen dari transaksi dunia.
Namun, keamanan bitcoin
dari sisi spekulasi layak menjadi perhatian sejak dini. Hanya
saja sejauh ini tidak ada bank sentral yang mampu melihat arah bitcoin. Semua pihak serba bingung. (AP/AFP/REUTERS)