JERUSALEM, SENIN – Militer Israel membombardir sebuah kompleks pelatihan militer Hamas di Jalur Gaza, Senin (18/12) pagi waktu setempat untuk membalas serangan dua roket yang ditembakkan dari daerah kantong Palestina itu ke Israel selatan hari sebelumnya.
Ketegangan antara Hamas dan Israel terus meningkat sejak Presiden Amerika Serikat Donald Trump, Rabu (6/12), mengeluarkan sebuah pengakuan kontroversialnya atas Jerusalem sebagai hanya ibu kota Israel.
Belum ada laporan tentang jatuhnya korban di kedua sisi. Ketegangan yang semakin tinggi itu terjadi hanya dua hari sebelum Wakil Presiden AS Mike Pence, Rabu (20/12), mengunjungi Israel dan Mesir.
Presiden Mahmoud Abbas juga telah menyerukan agar rakyat Palestina melakukan demonstrasi besar-besaran untuk memprotes kunjungan Pence ke Jerusalem. Rakyat harus menolaknya.
Militan lain di Gaza, wilayah yang dikuasai Hamas, telah menembakkan lebih dari selusin roket ke Israel selatan selama dua minggu sejak Trump mengakui Jerusalem sebagai ibu kota Palestina.
Serangan itu merupakan yang paling intensif sejak perang selama tujuh minggu di Gaza pada 2014.
Hamas menembakkan dua roket ke Israel pada Minggu (17/12) malam. Satu di antaranya meledak di dalam kompleks permukiman di sebuah kota perbatasan Israel dan satu lainnya jatuh di area terbuka, kata militer.
Menanggapi serangan dua proyektil dari Hamas itu, Israel pada Senin (18/12) pagi telah menyerang tiga bangunan yang ada dalam kompleks kamp pelatihan militer Hamas pada Senin pagi.
"Sebagai balasan terhadap roket yang ditembakkan ke arah Israel selatan, pesawat IAF (Angkatan Udara Israel) telah menargetkan kompleks pelatihan Hamas di Jalur Gaza bagian utara," kata militer.
Hamas biasanya mengevakuasi berbagai fasilitas penting di kompleks pelatihan ketika ketegangan meningkat. Israel tampaknya menghindari konfrontasi dengan menyerang target tersebut.
"Israel tidak menginginkan eskalasi," kata Menteri Kehakiman Ayelet Shaked kepada Radio Angkatan Darat negara Yahudi itu.
Namun Zeev Elkin, anggota kabinet keamanan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu lainnya, mengatakan, balasan militer Israel atas Hamas "harus diperkuat" jika tembakan roket tidak berhenti.
Pejabat Israel menyalahkan faksi militan yang lebih kecil di Gaza, faksi pemberontak di luar Hamas. Walau demikian, Israel tetap menuding Hamas sebagai pihak yang bertanggung jawab dan memintanya untuk segera mengendalikan kelompok kecil itu.
Jika Hamas gagal melakukannya, kata Shaked dan Elkin, Israel pada akhirnya akan bisa menargetkan pimpinan kelompok tersebut pada saat akan melakukan serangan balasan.
Serangan roket dari jalur Gaza pada Minggu (17/12) memecah ketenangan yang sudah berjalan tiga hari sejak gelombang tembakan roket di tengah kemarahan warga Palestina untuk memprotes pengakuan Trump atas Jerusalem sebagai ibu kota Israel.
Pengumuman Trump pada 6 Desember lalu telah diikuti dengan gelombang demonstrasi di wilayah Palestina yang menyebabkan enam warga Gaza tewas.(AFP/REUTERS)