AS: China-Rusia Menjadi Ancaman
WASHINGTON, SELASA — Strategi Keamanan Nasional AS yang baru menegaskan China dan Rusia sebagai rival di dunia yang berusaha mengikis keamanan dan kemakmuran AS. Strategi ini dikritik keras oleh China dan Rusia, yang menyebutnya sebagai strategi keamanan yang berwatak imperialis.
”China dan Rusia menantang kekuatan, pengaruh, dan kepentingan-kepentingan Amerika dengan berusaha mengikis keamanan dan kemakmuran Amerika,” demikian dokumen Strategi Keamanan Nasional AS yang menjadi kerangka kerja pendekatan pemerintahan Presiden Donald Trump terhadap dunia.
China dan Rusia menantang kekuatan, pengaruh, dan kepentingan-kepentingan Amerika dengan berusaha mengikis keamanan dan kemakmuran Amerika
Namun, berbeda dengan dokumen setebal 68 halaman berisi Strategi Keamanan Nasional AS yang ditulis dalam bahasa tajam, Trump dalam pidatonya berusaha melunakkan sikap. ”Kita akan berusaha membangun kemitraan besar dengan negara-negara itu dan juga negara-negara lain, tetapi dalam sikap selalu melindungi kepentingan nasional kita,” kata Trump yang berpidato tanpa teks.
Dia mengungkap percakapan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin beberapa hari sebelumnya yang mengapresiasi informasi dari Badan Intelijen Pusat AS (CIA) sehingga Moskwa bisa menggagalkan aksi terorisme di St Petersburg. Dalam pidatonya, Trump juga memuji keberhasilannya dan tak lupa mengkritik atau menyalahkan para presiden sebelumnya yang dia sebut telah menghancurkan keamanan AS.
Para pembantu Trump sebenarnya telah menyiapkan secara khusus Strategi Keamanan Nasional AS yang seharusnya disampaikan dalam kesempatan itu. Laporan ini cukup rinci menjelaskan strategi yang akan diterapkan AS ke depan berdasarkan visi Amerika yang Utama (America First).
Dalam laporan itu, antara lain, disebutkan bahwa Rusia bermaksud melemahkan pengaruh Amerika di dunia dan memecah belah AS dari para sekutu dan mitra-mitranya. Bahkan, ditambahkan, senjata nuklir Rusia merupakan ancaman nyata bagi AS.
Strategi Keamanan Nasional AS juga menuduh China ingin mengganti kekuatan AS di Asia. ”Berlawanan dengan harapan kami, China memperluas kekuatannya dengan mengorbankan kedaulatan yang lain,” demikian dokumen yang disiapkan sejak 11 bulan lalu itu.
Tentang Rusia, dokumen tersebut mengingatkan penggunaan cara-cara subversif untuk merusak kesatuan trans-Atlantik. Moskwa, menurut dokumen itu, telah mengacaukan dunia maya dan melakukan campur tangan dalam politik dalam negeri.
Namun, dalam pidatonya, Trump tidak mengutip teks itu. Dia malah kembali menyatakan bahwa sekutu-sekutu Eropa menunggak iuran keamanan. ”Sementara kita menjamin keselamatan mereka dan bersedia berperang untuk mereka,” katanya.
Sekutu-sekutu Eropa menunggak iuran keamanan. Sementara kita menjamin keselamatan mereka dan bersedia berperang untuk mereka.
Trump dan para pembantunya sering kali terlibat perbedaan mendasar dalam banyak masalah, mulai dari soal Timur Tengah hingga isu Korea Utara.
Mental Perang Dingin
Kedutaan Besar China untuk AS langsung mengeluarkan pernyataan merespons Strategi Keamanan Nasional AS tersebut. ”Sangat egois negara yang mengklaim kepentingannya lebih superior daripada negara-negara lain dan untuk kepentingan bersama masyarakat internasional. Mental seperti ini hanya akan menyebabkan (mereka) terisolasi,” demikian pernyataan Pemerintah China.
Dalam situs mereka, China berharap AS bisa menghilangkan mental menihilkan pihak lain dan mencari kesamaan dengan menghormati perbedaan. ”Kami mengimbau Amerika Serikat untuk secara sengaja menghentikan upaya mendistorsi tujuan-tujuan strategis China dan untuk meninggalkan gagasan-gagasan usang, seperti mentalitas Perang Dingin dan konsep menang-kalah,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying, di Beijing, China.
Pemerintah China juga menyatakan keberatan dengan isi dokumen yang menyinggung hubungan dengan Taiwan. Global Times, koran yang dikelola Partai Komunis China, berpendapat, laporan itu mencerminkan keengganan Washington mengakui kenyataan bangkitnya China. ”Saat China terus tumbuh dan pengaruhnya terus menyebar, ini akar penyebab ketakutan Washington,” tulis Global Times, Selasa.
Sementara itu, dalam tanggapannya, Kremlin menuduh Washington bersandar pada dunia yang unipolar. ”Watak imperialis dalam dokumen tersebut tampak jelas, sebagaimana penolakan terus-menerus untuk melepas dunia unipolar,” kata Dmitry Peskov, juru bicara Vladimir Putin. ”Tak diragukan, kami tidak bisa menerima negara diperlakukan sebagai ancaman terhadap keamanan AS,” lanjutnya.
Peskov menyatakan, Moskwa akan mempelajari lebih lanjut dokumen tersebut.
(AFP/AP/REUTERS/RET)