Usulan ini telah disetujui oleh kabinet Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe, Selasa (19/12). Kontrak antara Jepang dan AS terkait dengan sistem ini belum ditandatangani. Adapun biaya untuk pemasangan di dua lokasi yang direncanakan diperkirakan sekitar 1,8 miliar dollar AS.
”Kapal perang harus kembali ke pelabuhan secara rutin untuk melakukan pengisian bahan bakar dan istirahat, tetapi kalau pertahanan bisa dilakukan di darat, kita bisa terus beroperasi tanpa perlu istirahat,” kata pejabat Jepang, Selasa.
Jepang merencanakan untuk menambah anggaran pertahanan hingga 46 miliar dollar AS pada tahun depan. Menteri Pertahanan Jepang Itsunori Onodera mengatakan, ada juga rencana membeli rudal jarak jauh dari perusahaan di AS. Rudal jarak jauh ini mampu menjangkau hingga 900 kilometer.
Abe berjanji akan betul-betul memperhatikan kemampuan pertahanan diri Jepang. Menurut dia, upaya itu tetap berlandaskan kebijakan Jepang yang mengutamakan pertahanan diri saja.
Korut telah dua kali meluncurkan rudal di atas wilayah Jepang pada tahun ini. Pyongyang juga mengancam akan menenggelamkan Jepang ke laut.
Bulan lalu, Korut melakukan uji coba rudal balistik antarbenua (ICBM) yang jatuh ke perairan di zona ekonomi eksklusif Jepang. ”Pengembangan rudal dan nuklir Korut telah memasuki tahap ancaman baru yang lebih serius terhadap keamanan negara kita,” ungkap Pemerintah Jepang saat memperkenalkan sistem pertahanan Aegis dalam pertemuan kabinet. Maka, Jepang merasa perlu secara drastis meningkatkan pertahanan misil.
Jepang berencana menerapkan sistem Aegis Ashore di dua lokasi. Dengan cara ini, pertahanan antirudal itu bisa melindungi seluruh wilayah negara dengan sistem radar yang sangat kuat.
Pemasangan sistem tersebut akan memberikan kepada sekutu AS satu lagi lapisan pertahanan selain peluru kendali SM-3 yang dapat diluncurkan oleh kapal perusak Aegis dan rudal Patriot Advanced Capability-3 (PAC-3). Namun, masih diperlukan waktu bertahun-tahun sebelum sistem Aegis Ashore dapat beroperasi secara penuh.
Keputusan untuk memasang sistem pertahanan rudal Aegis versi darat sudah diperkirakan banyak kalangan sebelumnya.
Peran China
Selain memperkuat pertahanan diri, Abe juga ingin bekerja sama dengan China untuk menyelesaikan krisis Semenanjung Korea. ”Peran China sangat penting dalam krisis Korut ini. Kita ingin memperkuat hubungan dengan China pada level yang baru,” ujar Abe.
Jepang dan Korea Selatan kemarin juga mendesak China untuk lebih menekan Korut agar mau menghentikan program rudal dan nuklirnya. ”China sedang melaksanakan resolusi Dewan Keamanan PBB terhadap Korut. Namun, China bisa berbuat lebih banyak. Kami setuju perlu ada tekanan yang tegas pada Korut,” papar Menteri Luar Negeri Jepang Taro Kono, Selasa, setelah berbicara dengan Menlu Korea Selatan Kang Kyung-wha.
AS juga menekan China dan negara-negara lain untuk memutus hubungan diplomatik dengan Korut sebagai bagian dari upaya internasional menutup aliran uang ke Pyongyang.
Di pihak lain, Korut bersikeras program senjatanya bertujuan membendung agresi AS. Pyongyang menilai latihan-latihan militer yang digelar AS, Korsel, dan Jepang beberapa waktu terakhir sebagai pendahuluan invasi terhadap Korut.
Presiden AS Donald Trump dan Pemimpin Korut Kim Jong Un beberapa kali saling melancarkan kecaman keras. Trump mengancam untuk menghancurkan Korut. Sementara para diplomat AS terus-menerus menekankan pentingnya diplomasi.
Di Washington, Senin, Trump mengumumkan Strategi Keamanan Nasional AS yang baru. Dalam strategi itu disebutkan, Washington harus mengatasi tantangan yang ditimbulkan oleh program pengembangan senjata Korut.