MANILA, RABU — Menjelang perayaan Natal, Presiden Filipina Rodrigo Duterte menyatakan gencatan senjata sepihak selama 10 hari dengan pemberontak komunis mulai 24 Desember 2017 hingga 2 Januari 2018. Semua operasi militer akan dihentikan agar rakyat bisa merayakan Natal dengan tenang.
”Gencatan senjata sepihak ini akan mengurangi kekhawatiran masyarakat,” kata juru bicara Duterte, Harry Roque, dalam pernyataan tertulis, Rabu (20/12).
Pemerintahan Duterte berharap kelompok pemberontak juga akan menunjukkan niat serupa. Gencatan senjata seperti ini sudah biasa dilakukan oleh kedua belah pihak sejak proses perundingan formal dimulai akhir 1980-an. Konflik yang berlangsung selama 48 tahun terakhir ini telah menewaskan sekitar 30.000 orang.
Bulan lalu, Duterte membatalkan perundingan perdamaian dan secara formal menyatakan Partai Komunis Filipina beserta 3.800 anggota sayap bersenjatanya, Tentara Baru Rakyat, sebagai organisasi teroris. Ia juga memanfaatkan aktivitas gerilya partai itu sebagai pembenaran untuk memperpanjang undang-undang darurat militer hingga 31 Desember 2018.
Darurat militer yang mulai diberlakukan Mei lalu untuk menangani kelompok-kelompok militan di kota Marawi itu awalnya sudah ditetapkan akan berakhir 31 Desember tahun ini. Gencatan senjata Natal ini tidak berlaku bagi kelompok bersenjata lain, tidak juga bagi kelompok-kelompok bersenjata pendukung milisi Negara Islam di Irak dan Suriah (NIIS) yang masih beroperasi di Filipina selatan.
Pada pemilu tahun lalu, Duterte membangkitkan harapan akan terwujud proses negosiasi yang berhasil dengan pemberontak. Waktu itu, Duterte mengatakan punya impian akan bisa mewujudkan perdamaian di Filipina. Namun, ia membatalkan perundingan perdamaian, November lalu, setelah serangan kelompok gerilyawan di wilayah selatan menewaskan seorang polisi dan bayi berusia empat bulan.
Duterte menuding kelompok komunis berkonspirasi dengan lawan-lawan politiknya untuk menggoyang kekuasaannya. Ia lalu memerintahkan penangkapan puluhan pemimpin pemberontak yang sudah dibebaskan tahun lalu. (AFP/LUK)